Sinopsis Singkat
Dikisahkan seorang tokoh
bernama Arthur Fleck, seorang badut pembawa papan iklan berusia 40 tahun. Hidup
Arthur berada dalam kondisi yang berantakan. Fisiknya tampak normal. Ia
terlahir dengan memiliki kelainan pada otak. Akibatnya, ia dapat tertawa pada
saat yang tidak tepat. Ia tinggal bersama ibunya di sebuah apartemen sederhana.
Ia sering mengunjungi pelayanan sosial hanya sekedar untuk mendapatkan obat sekaligus melakukan
konsultasi kejiwaan kepada salah seorang psikiater.
Arthur bekerja sebagai
seorang badut pembawa iklan. Orang seringkali meremehkan pekerjaannya. Namun
Arthur menyenangi pekerjaannya itu. Suatu ketika, para berandalan mengambil
paksa papan reklame yang dibawanya. Ia berusaha meraihnya, namun ia justru
diperlakukan kasar dan dipukul beramai-ramai oleh mereka. Tentu saja ia merasa
kesal tapi tidak dapat melawan. Seorang temannya kemudian membekalinya dengan
sebuah pistol untuk berjaga-jaga bila kejadian serupa terjadi lagi.
Pada kesempatan berikutnya,
ia mengadakan pertunjukan badut di sebuah rumah sakit anak. Namun, sebuah
kesalahan kecil menyebabkan ia harus kehilangan pekerjaannya itu. Selain itu,
tempat pelayanan sosial yang biasa dituju untuk memperoleh obat juga telah
tutup. Dalam perjalan pulang, ia dibully
oleh tiga orang eksekutif muda. Ketiganya akhirnya tewas di tangan Arthur
dengan pistol yang dipinjamnya itu. Arthur tidak menyadari, akibat tindakannya
itu, muncul gelombang demonstrasi masyarakat dengan simbol-simbol badut melawan
kaum borjuis.
Di rumah ia merasa gelisah.
Kegelisahannya semakin bertambah tatkala ia menemukan sepucuk surat yang
disimpan ibunya. Isi surat itu membuka tabir mengenai status dirinya sebagai
“anak haram” Thomas Wayne, politikus ternama di kota itu. Thomas Wayne adalah
ayah Bruce Wayne yang kelak menjadi tokoh
pelindung kota bernama Batman.
Thomas Wayne akhirnya tewas di tangan para pengunjuk rasa.
Suatu ketika ia mendapat
kesempatan mengisi pentas Stand Up Comedy. Namun sayang, penampilannya yang buruk membuat ia kehilangan pekerjaannya.
Penampilan buruknya justru disebarluaskan oleh pembawa acara tersebut sehingga
ia merasa dipermalukan.
Cerita ini cenderung gelap dan muram dan sempat
diperkirakan akan mempengaruhi psikologis penontonnya. Inilah beban moral film ini
sekaligus merupakan keprihatinan moral yang hendak disampaikan kepada penonton.
Rekonstruksi Persoalan
Rekonstruksi adalah upaya untuk menempatkan setiap bagian persoalan sesuai dengan tempat, takaran, maksud dengan mempertimbangan berbagai hal yang dapat merugikan diri sendiri. Dalam bahasa sehari-hari, orang sering mengatakan agar berpikir dengan jernih dan hati yang tenang. Maka, orang dapat memahami persoalan dengan positif.
Tidak mudah merekonstruksi persoalan hidup sesuai dengan tempat dan porsinya. Orang diharapkan mengenali dirinya lebih mendalam. Pengenalan diri penting untuk membawa seseorang kepada realitas hidupnya, dan belajar memahami hidupnya sekaligus mengenal dirinya.
Kemampuan untuk memahami realita kehidupannya itulah yang mengarahkan manusia kepada sikap sabar. Kesabaran hidup membantu manusia bertindak lebih terbuka dan berbesar hati. Sikap ini sekaligus mengarahkan manusia untuk melakukan tindakan perbaikan bagian-bagian dalam hidupnya.
Dengan kesabaran itu, orang secara tidak langsung menerima realitas kehidupan di lingkungannya. Realitas itu dapat digunakan sebagai pendorong atau motivasi untuk membuat perubahan baik cara pandang, sikap dan perilaku sehari-hari.
Nah, sudah menonton filmnya? Semoga Anda terinspirasi dan dapat mengambil hikmah dan nilai positifnya.