Selasa, 27 Oktober 2020

"FREEDOM WRITERS", GURU PEMBEBAS

 


Saya belum pernah melihat film ini sebelumnya. Film berjudul Freedom Writers ini bergenre edukasi dan diproduksi tahun 2007. Tatkala dosen saya menugaskan untuk mencari dan menonton film ini, sejenak saya terdiam, mencoba menebak apa yang diinginkan dosen saya tersebut. Tidak mudah menemukan film ini dalam durasi yang panjang. Kebanyakan yang tersedia di media-media berupa cuplikannya dengan durasi waktu yang singkat. Beruntung, sang dosen berkenan untuk berbagi. Kami diberi kesempatan untuk mendownload dari piringan DVD milik beliau. Ah, saya merasa penasaran untuk melihat kisahnya.

Sinopsis Singkat

Dikisahkan dalam film tersebut perjuangan seorang guru baru  di sebuah sekolah menengah di New Port Beach, Amerika Serikat. Ia mengajar di kelas yang terdiri dari remaja-remaja korban konflik antar kelompok rasial. Para siswa tersebut berasal dari ras yang berbeda-beda seperti Amerika Latin, Afrika dan Asia. Latar belakang cerita dalam film ini seputar konflik antar kelompok rasial di kota tersebut. Konflik rasial antar kelompok tersebut merambah ruang kelas hanya karena masalah-masalah yang sepele. Para siswa hanya mau duduk  di kelas bersama temannya yang berasal dari ras yang sama dengannya. Mereka enggan duduk bersama siswa dari ras yang berbeda dengan mereka.

Tanpa bermaksud mengabaikan situasi lingkungan yang menjadi latar film ini, sang guru tampaknya berkeinginan untuk “menaklukkan” para siswanya. Ia meminta para siswanya untuk menulis apa saja yang mereka alami dan rasakan setiap hari. Catatan harian para siswa itu membuat guru tersebut mengetahui problematika hidup siswanya. Dengan pendekatan dan metode pengajaran yang unik, ia dapat mengambil hati para siswanya untuk mau bersekolah dan belajar.

Akhirnya, para siswa tersebut dapat menyelesaikan pendidikannya dan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Hal itu membanggakan para siswa dan keluarganya. Siswa-siswa tersebut menjadi orang pertama di keluarga mereka yang melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.

 

Misi Pendidikan

Kita pernah mendengar ungkapan bahwa kebodohan adalah akar dari kemiskinan. Film ini dengan jelas menggambarkan hal itu. Situasi konflik  rasial yang berkepanjangan telah menghasilkan banyak kesis-siaan. Diri sendiri, keluarga, harta benda, masa depan bahkan nyawa terbengkalai sia-sia.

Orang telah banyak mengetahui bahwa pendidikan penting bagi hidup manusia. Melalui pendidikan, seseorang membuka cakrawala pengetahuan bagi hidupnya. Film ini menjadi menarik karena membawa pesan tersebut. Pesan moral bagi semua orang yang berkehendak baik untuk mengubah hidupnya melalui pendidikan.

Duc in Altum

Hal yang menarik dalam film ini adalah metode pengajaran yang diterapkan guru kepada siswa. Guru baru itu berhasil “menguasai” kelasnya setelah melalui proses adaptasi dan pendekatan. Kesabarannya menghadapi tingkah laku siswa yang kasar, tidak peduli dan tanpa semangat belajar tidak sia-sia. Tentu saja bukan hal yang mudah melakukannya dalam situasi seperti yang dihadapi guru tersebut.

Keberhasilan pertama guru baru tersebut adalah merebut hati para siswa. Ia memanfaatkan buku catatan harian yang diisi oleh para siswa setiap hari untuk menemukan “kebutuhan” para siswa. Buku harian itu berisi berbagai hal tentang keinginan, perasaan dan pengalaman para siswa setiap hari. Ia pun mengetahui akar masalah yang membuat para siswanya terpengaruh pada konflik di lingkungannya.

Guru baru itu mendapatkan ruang untuk memberikan pemahaman tentang pentingnya pendidikan bagi para siswa. Ia juga menekankan bahwa hidup bersama dapat terjadi meskipun mereka berasal dari ras yang berbeda-beda. Semua orang berhak mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Ia tidak menginginkan para siswa tersebut ikut terlibat dalam konflik antar ras. Guru itu menginginkan agar para siswanya menyadari bahwa pendidikan akan membuat kehidupan mereka lebih baik.

Hal lain yang menumbuhkan semangat para siswa tersebut adalah dukungan motivasi langsung dari tokoh yang selamat dari tindakan holocaust Nazi di masa lalu. Kisah tokoh tersebut telah membuka cakrawala pemikiran mereka dan menginspirasi para siswa untuk keluar dari persoalan sosial yang menghimpit mereka. Akhirnya, mereka menyatukan semua kisah dan pengalaman mereka dalam buku catatan harian itu menjadi sebuah buku dengan judul  The Freedom Writers Diary.

Refleksi

Bagi saya, film ini tidak mengarahkan orang untuk menjadi seorang pahlawan “dadakan”. Persoalan remaja yang ditampilkan dalam film ini tidak berbeda jauh dengan tingkah laku remaja yang kerap melanggar aturan untuk menunjukkan eksistensi dirinya. Selain itu, film ini juga menampilkan upaya remaja mencari jati dirinya. Kisah ini lebih menyerupai gambaran kepedulian seseorang terhadap pendidikan bagi anak-anak yang mungkin dianggap sebagai sampah masyarakat. Ia mampu mengubah anak-anak itu menjadi orang yang lebih baik.

Bagi Anda para pendidik yang belum menonton film ini, silahkan meluangnkan waktu untuk melihatnya. Semoga Anda dapat menemukan banyak hal posistif dalam film ini.

 

 

Salam Literasi.


7 komentar:

  1. Kok tampilannya ada backroundnya pak, sengaja kah?

    BalasHapus
  2. Saya pernah lihat film ini. Bagus. Cocok buat guru

    BalasHapus
  3. Wah, ngga salah pilih. Film ini bagus, anda berhasil menilai film ini.

    BalasHapus
  4. Penulisan gaya baru, menarik sekali untuk dicontoh
    Dari segi isi sanagat menginspirasi

    BalasHapus
  5. It's my favorite film. And it's good...very good

    BalasHapus