Seorang teman mengajak saya ke rumahnya pada suatu waktu. Di depan teras rumahnya yang teduh “terparkir” sebuah pohon mangga yang rindang. Basa-basi mengawali pertemuan kami ketika itu. Secangkir kopi terhidang bersama ubi goreng, sahabatnya. Begitulah dia mengandaikan dua jenis hidangan yang sering hadir bersama-sama itu. Tentu saja tak perlu mendapat tawaran untuk kedua kalinya, jemari saya menyeruput kopi itu lalu menjumput sepotong sahabatnya. Hmm… nikmat sekali.
Lidahku tak berhenti menari-nari memporakporandakan penganan itu dan mendorongnya masuk. Hmm… nikmat sekali. Bonus yang nikmat. Bonus? Ah, sabar… nanti akan saya beritahu.Lidah-lidah yang terbiasa dengan makanan impor biasanya
akan sulit meresapi kenikmatan seperti itu. Perlu pengalaman baru untuk dapat
merasakan apa yang saya rasakan ketika itu. Secangkir kopi saja sudah memberi
kesenangan tersendiri bagi mereka yang menikmatinya. Pagi, siang, dan malam
adalah saat terbaik bagi saya untuk menikmatinya. Eits…nanti dulu, ada
momennya. Pertanyaannya: mengapa kopi itu terasa nikmat?
Dulu
saya kurang menyukai kopi. Pahitnya rasa kopi, tidak mengenakkan, walau diberi
tambahan gula. Rasanya aneh. Ketika seorang rekan kerja memberi petunjuk
tentang penyajian kopi yang benar, persepsi saya berubah tentang kopi. Saya
mulai menyukainya karena aromanya yang khas mewangi. Dia pula yang memberitahu
saya “mengapa memilih kopi”. Hidup kita mirip seperti kopi yang dihidangkan
itu. Jika pengolahan dan penyajiannya tidak tepat, maka belum tentu dapat
diterima orang lain. Seperti kopi yang direbus bersama air putih, Air putih itu
adalah pribadi yang dilahirkan polos itu. Kopi adalah pengalaman pahit yang
diolah dalam pribadi. Jika pengalaman pahit itu tidak dikelola dengan baik,
tentu akan dibuang sia-sia. Pengalaman pahit itu terhidang bersama pengalaman
manis secukupnya, tidak banyak, hanya cukup memberi kesan manis di tengah
kepahitan. Karena pahit itu telah diolah dalam panasnya maka aromanya menjadi
wangi bukan caci maki.
Tidak
banyak orang yang menyukai manisnya pengalaman entah sedikit atau banyak. Mereka
memperoleh kenikmatan dan makna hidup dari pahitnya pengalaman hidupnya. Setiap
orang dapat melihatnya dari sudut pandang yang berbeda. Hal yang perlu dipahami adalah bagaimana mereka dapat memaknai dan menikmati hidupnya dengan penuh arti
dan bermanfaat bagi orang lain.
Ngopi yuk …!
Seruput, 18 Oktober 2020, pukul 09.57 WIB
Bolehkah bertanya, kopinya kopi pahit atau manis. Kalo suami lebih senang kopi pahit tanpa gula seperti mbah dukun. Hihihi
BalasHapushaha...sesuai selera ibu. Saya suka kopi dengan gula sedikit, biar semakin bervariasi.
Hapussaya suka kopi pakai gula sedikit, seperti halnya hidupku pahit dan manis
BalasHapusselera yang sama hehe
HapusLuar biasa kopi paginya
BalasHapusTrimakasih pak Kainan ...salam sehat dengan kopi pagi ...
HapusKopi bisa dimaknai dalam sudut pandang berbeda-beda. Itu sebabnya kopi selalu menarik untuk dibahas. Saya suka tulisan ini. Mungkin bisa dibuat berseri atau buat cerita inspirasi lainnya. trims
BalasHapusSaya baru dengar makna kopi seperti ini. Kalau penikmat kopi bisa merefleksikan hidup seperti ini, keren juga ya...
BalasHapus