Flash
Back
Beberapa puluh tahun silam, kegiatan majalah dinding (mading) merupakan aktifitas siswa di bawah naungan organisasi siswa dan sekolah. Siswa dapat menaruh potongan gambar terpilih yang bersumber dari berbagai majalah dan koran. Sosok berikut pernah melakukannya. Dia adalah adalah salah satu sumber inspirasi para penulis pemula yang hendak belajar menulis. Orang-orang biasa memanggilnya H. Encon Rahman. Kegemaran menempel majalah dan koran di mading sekolah telah membawanya kepada situasi seperti saat ini. Pada kesempatan ini, H. Encon Rahmat bersedia membagikan pengalamannya sekaligus memberikan tip-tips untuk menyemangati para penulis muda.
Hobby Membawa Berkah
Berawal dari kegemarannya membaca koran inilah yang
membangkitkan hasratnya untuk menulis. Tulisan-tulisan bertema kartun, humor
dan tulisan dengan bobot ringan lainnya mulai digelutinya. Beruntung, upayanya
menulis cerita diganjar dengan materi. Meskipun kecil, dia bersyukur karena dapat
memegang uang sendiri. Bahkan, ia dapat mengajak teman-temannya sekedar membeli
bakso. Sejak itu, ia mulai menulis cerpen, sajak,
hingga tulisa-tulisan professional. Berkat kerja keras menulis di tabloid, ia
memperoleh honor sebagai hasil jerih payahnya. Berkat honor itu pula, ia
berhasil menyelesaikan kuliahnya di Unpar.
Penghargaan
Usaha memang tidak mendustai hasil. Kegiatannya
menulis tanpa terasa telah menghasilkan tulisan 500 artikel di koran. Hal ini
pula yang turut berperan menghantarkannya sebagai guru berprestasi secara
nasional dan mewakili Indonesia sebagai guru berprestasi di ajang penghargaan
guru di Thailand.
Menjadi Penulis Profesional
Seorang penulis umumnya memulai tahapan awal
sebagai penulis pemula. Media-media nasional dan internasional telah menerapkan
ketentuan-ketentuan yang ketat terkait penulisan. Hal ini dapat dipahami,
karena media-media tersebut bergelut dalam bisnis. Mereka akan melihat kondisi
pasar yang mereka masuki dan mengikuti keinginan konsumen penikmat berita.
Manakah yang harus dilakukan terlebih dahulu,
menulis buku atau menulis di koran? Menurut
H. Encon, jika orang bertanya demikian, hal ini menyangkut level. Ketrampilan
menulis ada levelnya. Ketrampilan menulis yang paling rendah adalah menulis di
blog. Kemudian, seiring waktu dan bertambahnya kemampuan, level penulis
berlanjut dengan membuat buku antologi. Penulis dapat membuat tulisan bersama-sama
dengan penulis lainnya. Level berikutnya, penulis dapat membuat tulisannya
secara pribadi dalam berbagai tema tulisan.
Membangun Mental Penulis
Umumnya, resep menjadi penulis yang handal di koran
dan tabloid tidak muluk-muluk. Disarankan, penulis pemula agar menulis di media lokal terlebih dahulu. Tulisan
yang dikirim ke redaksi biasanya tidak diterima begitu saja. Redaksi media akan
melihat kelayakan tulisan dengan tujuan agar pembaca dapat membaca dengan
nyaman. Jika menulis di koran, apalagi kalau belum dimuat, penulis hendaknya
jangan langsung patah arang. Seorang penulis harus memiliki mental yang kuat.
Terkait mental penulis, H. Encon memberi tips
singkat. Penulis harus mampu introspeksi atas tulisan yang dibuatnya. Mungkin
judul tulisan tidak sesuai dengan harapan redaksi, tema tulisan tidak mewakili
sebagaian besar pembaca, atau mungkin orang lain sudah mendahului dengan
tulisan yang lebih baik meskipun idenya sama. Penulis hendaknya terus menulis dan
mengirim tulisannya secara berkelanjutan.
Tips Menulis
Seorang
penulis perlu memahami teknik dan cara penulisan yang baik. Pengetahuan cara
menulis dimulai dengan menulis: judul artikel, intro artikel, paparan bahasan
dan penutup artikel. “Ibarat berenang, kita punya banyak teori, tapi kalau
tidak praktek akan lama. Ketika praktek, ada mentor, kita jadi tahu apa
kekurangannya dan apa yang harus dikoreksi,” tutur beliau. Teknik menulis merupakan
ketrampilan terapan. Ketrampilan ini memerlukan ketekunan dan pengetahuan atas
pola-pola penulisan dan model penulisan yang perlu disiapkan.
Membuat Tulisan Menarik
Tulisan yang baik memiliki kekhasan tersendiri. Penulis
diharapkan mampu melihat hal-hal yang tren saat ini di masyarakat. Penulis
dapat mengikutinya dengan membaca berbagai informasi di koran dan media
lainnya. Informasi yang bersumber dari tulisan orang lain itu dapat dicuplik agar
diperoleh ide-ide baru. Misalnya tema 17 Agustus yang dirayakan setiap tahun.
Tema yang sama ini akan dikemas berbeda setiap tahun.
Bobot Tulisan
Pada sebuah kelas menulis, seorang peserta pernah
bertanya mengenai kriteria tulisan disebut berat dan ringan. H. Encon
menuturkan bahwa pada dasarnya, setiap orang memiliki standar ringan dan berat
yang berbeda dalam hal penulisan. Ada penulis cerpen merasa berat menulis
opini, sebaliknya ada penulis opini merasa cukup berat untuk menulis cerpen.
Ide-Ide Baru
Pada titik tertentu, seorang penulis biasanya kehabisan
ide tulisan. Aktivitas yang dapat dilakukan adalah mulai membaca buku-buku,
mengamati lingkungan sekitar, melihat kejadian-kejadian dan menonton tayangan. Berbagai
aktivitas ini biasanya dapat melahirkan gagasan baru untuk dituliskan. Namun,
perlu diingat, membaca dan menulis harus dilakukan dengan seimbang. Ketika usia
semakin bertambah, kita harus memiliki branding.
Dengan demikian, kita dapat memfokuskan diri pada salah satu jenis tulisan
tertentu.
Penutup
H. Encon Rahman mengingatkan bahwa, jika seseorang ingin fokus menulis, maka niatkanlah hal itu
sebagai ladang ibadah. Jika keinginan
itu sudah diniatkan, hal-hal lainnya akan datang dengan sendirinya. Mari
menjadikan karya kita sebagai amal ibadah, karena karya itu usianya lebih lama dari
usia kita sendiri. Menulis adalah bagian dari proses amal kepada sesama. Ditambahkan
pula, ketika menulis ada kebahagiaan yang tak terkira karena kita mampu memberi
sesuatu kepada orang lain.
Menulis adalah ladang ibadah
(H. Encon Rahman)
So good. Paket komplit. Tertata juga sajiannya
BalasHapusBu Yuli trims inputnya ya...semangat
Hapuspak Chris....mantap...
BalasHapushatur nuhun bu Nunung ...semangat
HapusBagus resume nya pak. Hati2 typo antara unpad dengan unpas krn typo nya prinsipil hehe
BalasHapuswah, trimakasih inputnya pak Didi. Siap, laksanakan hehe
HapusMantap resumenya by item.. jd enak bacanya.. semangat terus...
BalasHapussemangat sama-sama ibu Tini. trimakasih
HapusKerennn,sangat lengkap
BalasHapustrimakasih bu Min
HapusSuper sekali
BalasHapustrimakasih pak Kainan,
HapusBaru komen ini, wah, langsung banyak yang sudah hadir! Hehe...
BalasHapusIkut teman yang lain, mantap dah!
trimakasih mas Rizky, saya belajar juga dari panjenengan lho ...
HapusMemang hebat pak Chris, resumenya runut, mantab ...
BalasHapusSaya juga belajar dr mas Andry, lirik-lirik blognya hehe, trimakasih lho mas
HapusResumenya bagus dan lengkap.
BalasHapusTrimakasih bu Ida
HapusResumenya mantap, Pak Christ! Cuma sedikit masukan jika berkenan. Menurut saya masih ada dragging antarparagraf. Contoh di bagian cerita lulus kuliah lalu berpindah ke penghargaan. Rasanya lompatannya terlalu jauh. Ada baiknya, setelah cerita lulus kuliah tambahkan sedikit tentang profesinya sebagai guru. Oya, kalau tidak salah Pak Haji lulusan Unpar bukan Unpad. Mohon koreksi kalau salah. Biar tidak terlalu panjang, koreksi penulisan saya japri ya, Pak. Tabik. 🙏
BalasHapussiap pak Domo, monggo. Wah senang sekali dapat perbaikan. Tabik.
HapusSaya tertarik dengan ulasan ini. Menarik ya, ada komunitasnya ya?
BalasHapus👍💪
BalasHapus