Dalam keterbatasan sebagai manusia, setiap orang telah memperoleh anugerah berupa kemampuan-kemampuan dari Sang Pencipta. Kemampuan-kemampuan itu membuat manusia dapat bertahan dalam kehidupannya. Salah satu kemampuan yang diperoleh manusia adalah akal budi. Berkat akal budi, manusia dapat mengembangkan kemampuannya untuk berbagai kepentingan dalam hidupnya. Hasil dari pengembangan akal budi manusia itu semakin menunjukkan betapa agungnya Sang Pencipta itu.
Demikian pula, kisah keagungan Sang Pencipta itu, tersaji pada pertemuan 28 Oktober 2020 pada momen Sumpah Pemuda ini. Seorang pemuda di masanya yang kini sudah tidak muda lagi, tetapi menunjukkan semangat pemuda yang terus bersemangat untuk mengembangkan kemampuannya. Dia adalah Ibu Betti Risnalenni, seorang guru, pengusaha kuliner,dan Pendiri Sekolah Insan Kamil Bekasi. Beliau berkenan membagi pengalamannya dalam Kulwap Belajar Menulis para Guru Blogger se-Indonesia ini.
Memulai Usaha
Ibu
Betti memulai usahanya sejak ia membuat sebuah kursus. Menurutnya hal itu merupakan
usaha juga, menjual materi. Pada mulanya, ia membuat sebuah kursus Aritmatika pada
tahun 1996. Kemudian, pada tahun 1998, ia mulai menulis buku Aritmatika dan
menjualnya sendiri melalui kegiatan-kegiatan pelatihan.
Kursus
tersebut kemudian berkembang hingga memiliki 24 cabang di daerah Bekasi saja.
Jumlah itu belum termasuk cabang-cabang yang ada di luar daerah. Pada tahun
2003, Ibu Betti mulai mendirikan sekolah TK dan TPQ. Tahun 2004, ia mulai
membuka sekolah jenjang SD.
Menurutnya,
hal itu merupakan usaha juga. Dalam menjalankan sekolah ini, ia tidak
berorientasi pada profit. Namun, ia percaya, profit akan mengikuti dengan
sendirinya. Beliau bersyukur karena sekolah tersebut masih eksis bertahan
hingga kini. Berkat usaha ini pula, ia memiliki wawasan luas karena berkenalan
dengan banyak orang dan dapat menghasilkan prestasi.
Usaha Tak Kenal Lelah
Di usianya
yang terbilang tidak muda lagi, beliau mulai mengurangi kegiatan di sekolah.
Namun, ia masih mengajar walau hanya sedikit jam pengajaran. Namun, bagi beliau
hal itu sudah cukup menguras pikirannya. Apalagi, guru harus mengajar dengan lebih
kreatif di masa pandemi ini. Karena faktor usia, ia mulai membuka kedai (café) di
samping rumahnya.
Kedai
ini diritisnya dengan harapan suatu saat nanti, usaha ini dapat diwariskan kepada
anaknya. Di smping itu, ia ingin memiliki kegiatan di rumah dan dapat bertemu
dengan teman-teman tanpa harus bepergian. Namun, situasi pandemi Covid-19 ini berdampak pula pada
kelancaran usaha yang baru dirintisnya itu.
Beruntung,
pemerintah Indonesia dalam hal ini pemerintah Kota Bekasi sangat memperhatikan Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) sehingga beliau dapat mengikuti berbagai
pelatihan boga dengan gratis. Tambahan pula, produk yang ia jual telah mendapatkan sertifikasi Produksi pangan Industri Rumah
Tangga (PIRT) dan
sertifikat halal.
Motivasi Usaha
Lebih
jauh, Ibu Betti menuturkan alasannya membuka usaha sendiri. Menurutnya, membuka
usaha sendiri memberi kemudahan bagi pelaku usaha untuk menjalankan usahanya
sesuai dengan ide dan keinginannya. Tentu saja hal itu harus disertai kerja
keras dan berusaha menciptakan suasana kerja yang menyenangkan. Beliau
membandingkannya dengan relasi kerja bersama rekan guru sejawat di sekolah. Bagi
beliau, rekan-rekan di sekolah telah dianggapnya sebagai saudaranya. Oleh
karena itu, ia dapat mengatasi perbedaan pendapat yang terjadi.
Memulai
pengalamannya sebagai pengusaha, Ibu Betti menuturkan bahwa sebagai guru, siapapun
mempunyai peluang yang besar untuk menjadi pengusaha. Peluang itu ada karena
bangsa kita memiliki pasar konsumen yang banyak. Di lingkungan sekitar saja ada
murid, orangtua murid dan rekan-rekan guru berpeluang menjadi pasar konsumen.
Beliau cukup paham bahwa ketika menekuni kegiatan usaha, ia harus menyadari bahwa barang dagangannya tidak selalu habis terjual. Dia harus memikirkan produk apa yang diperlukan orang dan dapat ia jual. Pengetahuan ini ia peroleh ketika mengikuti pelatihan UMKM. Ibu Betti menyadari bahwa dirinya bukanlah wirausahawan yang hebat. Dari sisi ilmu kewirausahaan, ia memang baru mendapatkannya, namun ia telah terjun langsung menjalankan usahanya.
Tips Manajemen Waktu
Terkait
pembagian waktu, Ibu Betti memberikan beberapa tips bagi guru yang hendak
memulai usaha. Menurut beliau, pengaturan waktu mengajar dan menjalankan usaha sudah
lebih mudah jika kegiatan usaha telah berjalan. Namun, jika salah satu kegiatan
itu tergolong baru, maka kesibukan cukup intens dapat terjadi.. Waktu
benar-benar harus dapat dibagi. Jika sudah mengalokasikan waktu untuk mengajar,
maka kegiatan lain sebaiknya ditunda dulu.
Profesionalitas Guru
Ibu
Betti sepakat bahwa guru harus bersikap profesional dan mencurahkan seluruh
daya yang dimiliki untuk kepentingan pendidikan. Sebagai guru, ia pun melakukan
hal yang sama. Namun, ia tidak menutup kemungkinan bahwa guru juga boleh kaya.
Sebagai guru non PNS, ia berupaya agar memiliki penghasilan lebih melalui
kegiatan menulis dan berkeliling memberi pelatihan. Hal itu pula yang
memotivasi dirinya untuk menjadi pengusaha.
Dukungan Kegiatan Literasi
Ibu
Betti menuturkan bahwa ia sangat antusias pada kegiatan literasi. Ia berharap suatu
saat, ia pasti bisa lebih santai dan memfokuskan diri untuk menulis. Sementara
ini, ia mendukung kegiatan literasi baca melalui dua Taman Bacaan Masyarakat
(TBM) yang dimilikinya yaitu, TBM Insan Kamil dan TBM Kartini Kreatif. Beliau juga ingin menghasilkan buku-buku yang berguna bagi orang lain khususnya yang terkait dengan usaha yang digelutinya saat ini.
Penutup
Menutup pertemuan kali ini, Ibu Betti mengingatkan bahwa apapun usaha yang dilakukan hendaknya dikerjakan dengan sungguh-sungguh agar memberikan hasil. Seperti halnya dengan menulis, jika dikerjakan dengan sungguh-sungguh akan menghasilkan buku yang dapat dibaca banyak orang. Hal ini pula yang menjadi harapan dan cita-citanya suatu saat nanti setelah ia mewariskan kegiatan usaha ini kepada anaknya.
“Tiada hasil tanpa usaha dan kerja keras.” (Ibu Betti Risnalenni)
Guru seperti ini patut ditiru.
BalasHapussetuju
HapusGuru sepanjang masa.
BalasHapusAmin. Terima kasih ya.
HapusBagaimana membagi waktunya ya? Semua pekerjaan kan harus fokus, dan perlu waktu yang tidak sedikit. Jadi guru saja sudah repot seharian.
BalasHapusInilah kehebatan beliau, semoga menginspirasi.
HapusSaya suka kisahnya.
BalasHapusTrimakasih, semoga bermanfaat.
HapusCeritanya bagus-bagus. Ditunggu kisah berikutnya.
BalasHapusSiap. Mohon doanya ya...
HapusKeren resumenya pak Kris...tampilannya enak dibaca.
BalasHapusSuper sekali pak
BalasHapuslengkap dan berisi mantaap pak
BalasHapustrimakasih Kang... salam literasi selalu.
HapusBu Betti sosok wonder woman zaman now, bisa membagi waktu antara jadi ibu rumah tangga, guru, dan pedagang
BalasHapusTrimakasih Mas Ubay sudah mampir ke tenda saya. Salam literasi selalu.
HapusMantap penutupnya.. Kerenn Resumenya
BalasHapus.
Mantap resumenya
BalasHapussaya belajar dr ibu hehe
HapusResumenya bagus sekali, saya tertarik dengan judul blognya....semangat selalu untuk menulis
BalasHapustrims bu ida, kata para narsum, penulis mesti punya style yg khas.
Hapustrims ya bu
BalasHapuspak Chris...resumenya bagus..
BalasHapusMantaap Pak Christ...
BalasHapusMohon ijin memberikan masukan, kalimat agak rancu pas kata "..dapat menghasilkan berprestasi... mungkin lebih tepat "..menghasilan prestasi". Jangab lupa pula saat copas dr hasil searching disitus org seperti kepanjangan PIRT di edit dulu menjadi normal agar tidak backround.
BalasHapusMaaf klo kurang berkenan. Lebih baij memberi masukan drpd muji mulu. Hampura.
Selebihnya keren
Bagus resumenya pak, judulnya keren
BalasHapusResumnya semakin oke pak
BalasHapusKerwn banget
BalasHapusPemilihan font yg bagus, dengan subheading mrnjadi lebih terstruktur
BalasHapus