Prolog
Sophie melongok ke kotak suratnya. Ia sering kali menemukan iklan produk barang untuk ibunya atau surat transaksi keuangan dari bank untuk ayahnya. Saat memilah surat-surat di tangan, mata sophie terpaku pada sebuah amplop putih tanpa nama pengirim dan perangko yang ditujukan padanya. Sophie Amundsen, 3 Clover House. Ia menemukan secarik kertas bertuliskan tangan yang terbungkus amplop. Sebuah kalimat pendek berakhir dengan tanda tanya besar tertuju kepadanya. Siapakah engkau? Sophie awalnya beberapa saat kehilangan gagasan untuk menjawab pertanyaan pengirim surat. “Siapakah aku?
Aku Sophie Amundsen, namun siapakah Sophie Amundsen? Bagaimana jika aku menyandang nama lain?” Sophie bergegas menghadap cermin di kamar mandi dan memandang matanya dalam-dalam. “Aku Sophie Amundsen.” Ia bertanya kepada perempuan di cermin yang mengikuti gerak tubuhnya, “Siapakah engkau?”. Pertanyaannya dijawab kesepian. Sophie kebingungan akan dirinya dan bayangan di cermin yang mengajukan pertanyaan. Ia mengarahkan jari telunjuknya pada pemilik hidung di cermin. “Engkau aku.” Sophie kemudian berujar, “Aku engkau.” (Gaarder, Sophie’s World, 4-5).
Situasi Batas
Kisah di atas menampilkan tokoh utama bernama Sophie. Pergolakan batin Sophie berawal dari keberadaan sebuah amplop bertuliskan “Siapakah Engkau”. Mungkin saja ini pertanyaan mudah bagi seorang Sophie jika menyangkut profil diri secara fisik. Dalam benaknya, semua informasi mengenai dirinya telah lama ia ketahui. Tampaknya ia cukup mampu untuk mengetahui namanya, usianya, pendidikannya dan lain-lainnya. Tapi, melihat gestur yang ditunjukkan Shopie, tampaknya ia pun merasa tidak yakin pada pikirannya tersebut.
Dibalik Gestur
Ekspresi Sophie yang tertegun, menyiratkan adanya keraguan
mendalam dalam dirinya. Sophie berusaha merenungkan dan mencari jawaban atas
pertanyaan itu. Tampaknya, pertanyaan itu menyentuh sisi terdalam pribadi
Sophie sehingga ia harus berpikir beberapa saat lamanya. Pertanyaan itu seolah
menuntut jawaban yang mutakhir tentang siapa dirinya sesungguhnya. Biasanya
tidak mudah memperoleh jawaban yang tepat. semudah kita mengetahui identitas
secara umum seperti nama, usia dan alamat. Sophie tampaknya sedang mengalaminya.
Profil Identitas
Pribadi manusia dapat dikenali dari dua sisi yaitu
sisi luar (eksternal) dan sisi dalam (internal). Sisi luar adalah profil
manusia dilihat dari sisi yang dapat dilihat oleh panca indera. Contohnya
ciri-ciri fisik, identitas diri (nama,
alamat dan lain-lain). Sisi dalam manusia menyangkut karakter dan sikap yang
tampak dalam aktifitas sehari-hari. Contohnya sabar, penyayang, ramah dan
lain-lain.
Duc in Altum
Seringkali, manusia kurang menyadari
karakter-karakter yang ada dalam dirinya. Hal ini menjangkut identitas pribadi
seperti kerohanian dan psikologisnya. Manusia dapat berefleksi dan masuk lebih
jauh ke dalam dirinya agar dapat mengenali dirinya dari sisi internalnya. Ia dapat
berkenalan dengan berbagai aspek pribadi yang dimilikinya.
Berdasarkan situasi batas pengalaman Shopie tersebut, baik Sophie maupun
pembaca seolah diajak untuk mengenali identitas pribadinya dari sisi dalam.
Identitas pribadi itu meliputi karakter, sifat dan sudut pandang menyangkut eksistensi dan aktualisasi
diri masing-masing pribadi.
Makna Hidup Pribadi
Manusia perlu mengenal dirinya lebih dekat. Tak kenal maka tak sayang, peribahasa ini tentu sudah akrab di telinga. Pengenalan diri mendorong setiap orang mengetahui kelebihan dan kekurangannya, hal-hal positif dan hal-hal negatif. Pengetahuan itu mendorong pula keinginan untuk merestorasi sikap dan pribadi yang kurang baik ke arah yang lebih baik dan positif. Dengan demikian, setiap pribadi menemukan makna dan hakekat pribadinya sebagai insan manusia sekaligus tanggung jawabnya dalam proses kehidupan yang dijalaninya.
Salam
Literasi.
Penulis
Kereen tulisannya pak, i like...
BalasHapuswwaw, hatur nuhun bu Tini. 🙏
HapusBapak orang filsafat ya?
BalasHapusMenarik memang jk direnungkan. Orang sering lupa mengenal dirinya sendiri. Jadinya sibuk mencari identitas diri.
BalasHapus