Beranjak dari tangga mumpuni yang disediakan beberapa hari lalu, para pejuang pena seolah mendapat tambahan motivasi. Kali ini, motivasi itu berasal dari Edi S. Mulyanta, Manager Operasional Penerbit Andi. Ia telah berpengalaman mengelola penerbitan buku selama dua puluh tahun.
"Kepo" tugas Manager Operasional?
Jika pembaca merasa “kepo” (baca: ingin tahu, istilah anak muda zaman sekarang) tentang tugas seorang manager operasional, berikut ulasannya.
Tugas manager operasional dalam usaha
penerbitan adalah mengamati trend content
buku-buku yang tersebar bersama timnya. Tim operasional akan membuat resume mengenai tema yang sedang hits atau trending saat itu dengan melihat hasil pengamatan trend content. Berdasarkan resume itulah
tim akan memetakan pesaing dan target penulis yang akan menjadi sasaran.
Setelah resume ditemukan, langkah
selanjutnya adalah mencari prospek penulis yang mempunyai kemampuan seperti
trend yang sedang dipelajari itu.
Ternyata, berdasarkan pengalaman Pak
Edi, calon penulis justru mempunyai insting yang lebih tajam dari penerbit. Tak
jarang justru penerbit tertinggal informasi dibandingkan dengan penulis. Hal
ini terjadi karena penerbit belajar dari
data-data histori pemasaran. Sedangkan, penulis sering melangkah lebih jauh
dengan prediksi yang mungkin telah diplajari sebelumnya. Penulis menguasai
konten yang sedang trend, sedangkan penerbit menguasai data pemasaran.
Pada bagian inilah komunikasi yang
baik harus terjalin antara calon penulis dengan calon penerbitnya. Keduanya
seringkali berada dalam perspektif yang berbeda. Penulis memfokuskan diri pada
konten yang dikuasai, sedangkan penerbit fokus pada bobot pemasarannya.
Penerbit perlu melakukan pencocokan dan penyesuaian (link and match) antara
data histori pemasaran dan data terkait tren konten di waktu mendatang.
Segmentasi Penerbit
Pada dasarnya, penulis akan membutuhkan media atau
penerbit untuk menerbitkan buku. Kunci keberhasilan agar dapat masuk ke dunia
penerbitan menurut Pak Edi adalah memperhitungkan situasi pasar pembaca. Hal
ini menyangkut idealisme penerbit. Setiap penerbit secara alami akan tersegementasi
dalam kemampuan menelaah materi dan cara menjualnya. Oleh karena itu kita
mengenal beberapa organisasi penerbit dengan segmen pembaca yang serupa tapi
tak sama.
Organisasi penerbit yang diakui oleh
pemerintah adalah Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) dan Asosiasi Penerbit
Perguruan Tinggi (APTI). Penerbit-penerbit yang tergabung dalam organisasi
inilah yang diperbolehkan mengeluarkan ISBN di bawah Perpustakaan Nasional secara
hukum.
Penerbit-penerbit di bawah naungan APTI
merupakan pesaing yang mengutamakan kualitas penerbitan sesuai dengan keilmuan lembaga
pendidikan tinggi. Target pemasaran APTI difokuskan kepada lembaga pendidikan
tinggi dengan penekanan pada Tridarma Perguruan tinggi.
Gambar: Dokumentasi narasumber
Penerbit-penerbit dalam naungan IKAPI berorientasi pada profit. Secara Industri, anggota IKAPI lebih mudah bergerak di pasar, karena genre produknya sangat luas dan mudah diterima berbagai lapisan masyarakat. Segmentasi anggota IKAPI yang berjumlah lebih kurang 1000 anggota ini terjadi secara alamiah.
Calon penulis diharapkan dapat memilih dan
memutuskan tujuan akhir tempat tulisannya diterbitkan. Anggota IKAPI sulit diamati
secara detail. Para penulis biasanya membedakan penerbit anggota IKAPI itu dengan
istilah “Penerbit Mayor” dan “Penerbit Minor”. Hal ini dilakukan sekedar untuk
memudahkan identifikasi penerbit.
Identifikasi penerbit mayor dan minor semakin tampak dalam pemilihan kode nomor ISBN. Hal ini bertujuan untuk mempermudah skala produksi masing-masing penerbit. Lembaga-lembaga pendidikan tinggi menggunakan cara ini untuk memberikan penilaian khusus terhadap penerbit-penerbit tersebut.
Memilih Penerbit
Para penulis dapat melihat pula
histori produk masing-masing penerbit sebelum memutuskan tempat tulisannya
berlabuh. Naskah tulisan fiksi sebaiknya dikirim ke penerbit yang memang kuat
di pasar buku fiksi. Jangan sampai keliru mengirimkan naskah penerbit yang justru
lebih kuat di pasar buku non fiksi.
Langkah mudah untuk memperkenalkan tulisan
kepada penerbit adalah adalah membuat proposal penawaran penerbitan buku.
Proposal tersebut dapat dikirimkan melalui e-mail
penerbit yang dituju. Proposal yang dibuat tersebut meliputi:
1) Judul utama buku
2) Sub judul (jika
diperlukan). Sub judul memberikan ciri khusus tulisan untuk mempermudah
pencarian tema. Sub judul inilah yang menjelaskan ciri tuisan bila judul utama sama
dengan judul yang ditulis oleh penulis lain.
3)
Outline lengkap dalam
bentuk bab-bab dan sub bab yang hirarkinya jelas.
4)
Target pasar. Misalnya
buku ini untuk guru, murid, orang tua, atau semua lapisan masyarakat umum.
5) Curicullum Vitae (CV). Sebaiknya CV dinarasikan. Hal ini sangat penting untuk melihat bidang keahlian seseorang.Bagian pemasaran akan menggunakan data ini untuk melihat potensi calon pembaca penulis tersebut.
Setelah melengkapi kelima hal tersebut, penulis perlu menyertakan satu bab sampel. Naskah-naskah itu dapat dikirim melalui email naskahandi@gmail.com. Jangan lupa cantumkan subject Belajar Menulis Gel.16 ditujukan kepada Bp. Edi Penerbitan. Tim editorial penerbit akan menelaah dan melihat pemilihan kata (diksi), penggunaan kalimat, gaya penulis dalam menyampaikan tulisan.
Gaya penulisan sangat diperlukan agar
dapat menggaet pembaca. Setiap pembaca memiliki kecenderungan pada gaya penulisan
tertentu. Pembaca biasanya lebih
menyukai penulis yang menggunakan kalimat-kalimat
aktif dalam tulisannya.
Umumnya penerbit akan memperlakukan Proposal
Penerbitan Buku selayaknya naskah atau bakal buku yang akan terbit. Oleh karena
itu, naskah akan melalui beberapa review. Tahap ini sudah diatur dalam undang-undang
perbukuan, sehingga setiap penerbit secara otomatis akan mengikuti ketentuan
tersebut.
Plagiasi
Tim editor bahasa penerbit selalu
melakukan pemeriksaan plagiasi secara detail saat naskah diterima oleh
penerbit. Mereka akan meneliti secara manual maupun dengan aplikasi, seberapa
besar tingkat plagiasi penulis. Besarnya tingkat plagiasi terhadap tulisan lain
ditentukan berupa lapran derajat plagiasi. Jika naskah tulisan melewati ambang batas
plagiasi yang dientukan penerbit, maka naskah secara otomatis akan dikembalikan
kepada penulis untuk direvisi. Bentuk-bentuk plagiasi biasanya berupa teks dan
gambar yang disadur tanpa memberikan sumber yang jelas. Tahapan ini tidak diperlukan
dalam tulisan-tulisan fiksi.
Naskah yang telah diterima memerlukan
resume atau calon sinopsis buku. Biasanya resume diletakkan di belakang sampul
buku. Resume ini sebaiknya ditulis oleh penulis sendiri, karena penulis lebih
menguasai detail materinya. Terkait strategi pemasaran, penulis juga perlu
mencari para endorsment seperti tokoh-tokoh
yang dianggap mumpuni di bidangnya atau pejabat masyarakat yang dikenal, artis,
dan lain-lain yang memiliki follower
atau pengikut yang banyak. Tujuannya agar semakin banyak orang yang membeli
buku.
Selalu Ada Harapan
Banyak penulis menganggap dirinya
masih pemula. Para penulis pemula dapat belajar dari Andrea Hirata ketika ia memasukkan
naskah pertamanya ke penerbit. Kemungkinan besar ia merasa minder karena naskahnya
juga ditolak di sana-sini oleh penerbit mayor dan minor. Jika melihat histori
Andrea Hirata, tidak ada data yang tersimpan yang dapat dipelajari dari CV-nya
saat awal ia menawarkan naskah.
Dapat dibayangkan jika Andrea Hirata
memutuskan untuk tidak menyimpan potongan-potongan tulisan diarinya tersebut. Kemungkinan
besar “Laskar Pelangi” tidak akan menjadi sejarah penerbitan buku yang
melampaui rekor penjualan buku saat ini. Memang buku-buku best seller di Indonesia biasanya terjadi karena blessing atau karunia, bukan karena sengaja
di desain. Oleh karena itu, kesempatan itu selalu ada.
Penutup
Penerbit sudah tentu memerlukan informasi yang lengkap tentang materi yang akan ditawarkan kepadanya. Oleh karena itu, penulis perlu memberikan penjelasan yang cukup mengenai materi tulisan sehingga dapat meyakinkan penerbit bahwa naskah ini memang layak untuk dibaca dan dikonsumsi oleh sejumlah besar calon pembaca. Tanpa petunjuk yang memadai dari penulis, penerbit bisa salah dalam mengambil keputusan. Maka, jangan sia-siakan kesempatan untuk dikenal oleh calon pembaca. Mereka menanti tulisan-tulisan mencerahkan yang akan hadir setiap waktu.
Salam Literasi!
"Lapar membaca
akan membuat kita semakin gemuk menulis" (OmJay).
Wah mantaaap resumenya informatif..
BalasHapusIni menulisnya dari word terus dipindahkan ke sini ya?
BalasHapusParagraf sudah masuk ke dalam sedikit, meski masih ada yang kurang rapi dan lurus.
Isi sudah lengkap. Oke, begitu saja dari saya.
keren
BalasHapus