Sambil menyusuri waktu, ia tinggalkan
jejak-jejak berupa tulisan dalam buku yang telah ia hasilkan seiring perjalanan
hidupnya. Nur Terbit, begitu ia dikenal. Pemilik nama asli Nur Aliem Halvaima
ini menyelesaikan studi S2 di bidang hukum di Universitas Islam Jakarta. Putra
Bugis-Makassar yang dilahirkan 10 Agustus, 60 tahun silam ini merupakan anak
ke-3 dari 7 bersaudara dari pasangan Haji Muhammad Bakri Puang Boko dan Hajjah
Sitti Maryam Puang Mene.
Nur Terbit menjalani profesi wartawan
daerah di Makassar sejak masih kuliah, kemudian berlanjut sebagai koresponden
Harian Terbit (Pos Kota Grup) di Sulawesi Selatan. Tahun 1984 ia pindah ke
Jakarta dan bergabung sebagai reporter dan akhirnya diangkat sebagai redaktur. Pada
tahun 2014 koran tempat ia bekerja "dijual". Nur terpaksa pensiun
dini, tetapi ia teap tetap menulis. Saat ini, ia jadi redaktur media online www.possore.com
sampai saat ini.
Meniadi Pemimpin
Redaksi
Nur Terbit memegang kartu Wartawan
Utama dari Dewan Pers-PWI Pusat. Perjalanan karirnya antara lain menjadi
Wartawan sekaligus Editor pada Surat Kabar Harian Terbit (Pos Kota Grup)
1980-2014, kemudian menjadi Redaktur dan admin tamu sejumlah media online,
majalah, dan tabloid tahun 2014 hingga sekarang. Ia juga menjadi Pemimpin Redaksi
Vonis Tipikor versi majalah dan online pada tahun 2014-2017. Pada tahun 2019-2020, ia menjadi Pemimpin
Redaksi Corong versi majalah dan online dan Pemimpin Redaksi Telescope versi majalah dan online 2020. Terakhir, ia menjadi Redaktur
Eksekutif Possore.com pada tahun 2015
hingga sekarang.
Prestasi
Prestasi menulis yang berhasil ia
hasilkan antara lain : sebanyak dua kali berturut-turut menjadi Juara Lomba
Menulis Artikel Bertema Pramuka antar wartawan dan Umum Tingkat Nasional tahun 2011
dan tahun 2013. Lomba tersebut digelar oleh Kwartir Nasional Pramuka. Ia juga
menjadi juara Lomba Menulis Pengalaman Mudik Asyik Republika Online, juara lomba
menulis blog antara lain: Online Shop Kudo, Lomba Menulis Puisi Spontan Pedas,
Lomba Blog Teacher Writing Camp IGI Bekasi, Smartphone Oppo, Dompet Duafa,
Asuransi Raksa Online, Online Shop Shofie Martin, Restauran Bebek Kaleyo,
BAPETEN (Badan Pengawas Tenaga Nuklir), Tokoh Populer, dan Suara Konsumen.
Blogger Mania
Di tengah kesibukannya itu, Nur terbit
merupakan seorang blogger. Ia masih sempat menulis di blog pribadinya www.nurterbit.com, Kompasiana,
Kumparan, Viva, Blogdetik (alm), PepNews, Tokoh Populer, Suara Konsumen,
Risalah Misteri, Terbitkan Buku Gratis, bahkan aktif membuat konten video di channel Youtube-nya: nurterbit. Pada tahun 2019, Nur meraih Juara Utama Lomba
Video Youtube Asuransi Mobil Raksa Online.
Berlatar belakang sebagai penulis dan
jurnalis di salah satu Koran ibu kota, Harian Terbit (Pos Kota Grup), Nur Aliem
Halvaima, SH.,MH., membagi pengalamannya sebagai penulis.
Mengawali kisahnya, Nur Aliem menyampaikan
kembali perbedaan menulis di koran dengan menulis secara ilmiah. Di koran, seorang
jurnalis tidak diperkenankan menyampaikan opininya. Ada ruang khusus bagi
seorang jurnalis untuk menyampaikan pendapatnya yaitu rubrik artikel dengan
mencantumkan nama penulisnya. Selain itu ada rubrik opini yang bisa diisi oleh
orang luar sesuai bidang yang dikuasainya.
Penulis artikel dan opini biasanya
mendapat kompensasi atau honor dengan besaran sesuai kemampuan media itu. Para
penulis tetap biasanya mendapat honor yang jumlahnya lumayan. Saat ini, media-media
besar seperti Kompas, Tempo dan Media Indonesia telah menentukan standar
honorbagi penulis.
Seiring berkembangnya media-media
digital, banyak media cetak dan sejenisnya terpaksa gulung tikar. Di satu sisi,
perkembangan ini mengurangi pasar media cetak, namun di sisi lain menambah
peluar pasar baru yaitu citizen journalism.
Kondisi di lapangan juga berubah.
Dulu, para pengecer koran tersebar di sudut-sudut lampu merah, agen-agen koran
dan lapak-lapak lain. Kini, semuanya itu beralih ke dalam gawai-gawai atau
smartphone masyarakat.
Sekelumit Pengalaman
Masa Kecil
Nur Aliem berkisah tentang kebiasaannya
membaca sejak kecil. Itu terjadi karena ayahnya sering membawa majalah-majalah
dan buku-buku ke sekolah-sekolah. Karena kebiasaan membaca itulah, ia mulai
sering menulis.
Ia mengamini perkataan orang bahwa,
orang harus rajin membaca jika ingin mahir menulis. Ketika masih duduk di
bangku SD, ia sudah berani mengirim tulisan ke media, tepatnya di koran daerah
tempat saya tinggal di Makassar. Ia menuturkan bahwa ketika itu ada koran
Pedoman Rakyat (PR), koran tertua di Makassar, bahkan se Indonesia Timur.
Tulisannya tentu yang ringan sesuai usia pelajar SD seperti puisi anak, cerita anak,
termasuk gambar di rubrik anak.
Ia merasa bangga ketika pertama kali
tulisannya dimuat di koran. Hal yang lebih membanggakannya adalah honor yang
diterimanya. Sejak saat itu ia mulai berani
mengirim tulisan ke koran dan mengikuti lomba menulis. Ia bahkan beberapa
kali saya mewakili sekolahnya untuk mengikuti lomba menulis antar sekolah. Ia
merasa bersyukur karena ia dapat memenangkan lomba itu.
Bakat yang Berkembang
Ada kisah yang berkesan bagi Nur Aliem yaitu
pengalamannya mengajar di sekolah dasar. Ia menulis sebuah karangan tentang
salah satu siswanya yang kebetulan berbadan besar. Tulisan itu ia kirimkan ke
salah satu majalah Kompas Grup yaitu majalah Hai sekitar tahun 1980-an.
Meskipun hanya memperoleh Juara
Harapan 1, ia merasa sangat bangga mendapatkan hadiah berupa kaos Hai dan kamus terjemahan bahasa Indonesia-Inggris
yang disusun oleh M Sadeli. Para juaranya adalah para penulis cerpen dan novel yang
terkenal di zamannya seperti Leila S
Chodori, GolaGong, AGS Arya Dwipayana.
Setelah mengikuti kuliah di IAIN
Makasar dan berkecimpung sebagai pengelola koran kampus, Nur Aliem melangkah
menjadi wartawan resmi. Ia bergabung di Harian Terbit (grup Pos Kota). Ia juga
mempelajari cara penulisan opini, feature,
laporan bersambung, sesekali cerpen percintaan atau tema keluarga.
Menjadi Penulis Blog
Pasca pensiun dini, Nur Aliem mulai
menekuni penulisan di blog dan Kompasiana. Ia juga mulai mengenal media sosial
seperti Facebook, Instagram, Twitter dan Youtube). Ia juga mengikuti berbagai
perlombaan menulis. Beberapa di antaranya ia menangkan dengan hadiah berupa laptop,
kamera, handphone, flashdisk, atau
voucher belanja.
Ada banyak tulisan-tulisan yang
tercecer, berhasil ia kumpulkan. Tulisan-tulisan itu kemudian dijadikan satu
dan diterbitkan menjadi buku melalui YPTD (Pak Thamrin Dahlan). Buku itu diberi
judul "Wartawan Bangkotan".
Sebelumnya ia telah menghasilkan buku
berjudul "Lika-Liku Kisah
Wartawan" yang diterbitan oleh PWI Pusat tahun 2020. Berikutnya, akan
menyusul buku bacaan ringan berjudul “Mati
Ketawa Ala Netizen.”
Pentingnya Membaca Buku
Tak dapat dipungkiri kenyataan bahwa
masih banyak orang yang memiliki budaya literasi membaca yang rendah. Benar ungkapan yang mengatakan bahwa untuk
mahir menulis, seseorang harus banyak membaca..
Lebih jauh Nur Aliem mengingatkan
akan pentingnya membawa karena membawa manfaat yang positif seperti memperkaya
perbendaharaan kata, mempelajari bahasa yang sesuai dengan PUEBI, dan menambah
wawasan pengetahuan tentang penulisan.
Banyak membaca tulisan orang lain
memberi kemudahan untuk mempelajari gata penulisan orang lain. Hal itu akan
semakin membantu penulis menemukan gaya tulisannya sendiri. Satu hal yang patut
diingat adalah jangan sampai meniru tulisan orang lain seratus persen, karena
hal itu sama saja dengan plagiasi.
Wah ini sih sudah mahir menulis, gaya bertuturnya sudah dapat. Layaknya tulisan feature. Mengalir. Istilah populernya di dunia blogging adalah "story telling". Secara umum tulisan di atas bukan lagi resume, tapi sudah profil tentang Nur Terbit yang "bangkotan" itu hehe...terima kasih mas. Maju terus, ditunggu tulisan berikutnya...salam.
BalasHapusSiap pak Nur, trimakasih. Salam Literasi.
HapusKeren pak
BalasHapusMantap banget pak Kris, sy suka membacanya..
BalasHapusTrims bu Tini. Salam Literasi
Hapussangat mantap tulisannya pak. semakin oke
BalasHapusTrimakasih bu
HapusKeren 😎
BalasHapustrimakasih.
Hapus