Rabu, 04 November 2020

TANGGA MUMPUNI PARA PEJUANG PENA

 


Jalan masih panjang dan tujuan belum tampak di depan mata. Namun, perjalanan masih terus berlanjut. Saya teringat sebuah peristiwa pendadaran yang saya ikuti di Gunung Salak beberapa waktu silam. Malam yang sepi, udara yang dingin dan rasa lapar yang terus memberontak. Perjalanan panjang yang melalui banyak perhentian.

Mungkin demikian ilustrasi yang lebih kurang dapat menggambarkan perjalanan pelatihan ini. Meskipun tidak sedramatis waktu itu ya, karena dalam “perhentian” pelatihan ini, masih ada kopi pahit dan ubi rebus yang menemani kegiatan malam ini.  

         Ini “tempat” kesembilan yang saya masuki bersama rekan-rekan seperjuangan, para Pejuang Pena. Di dalamnya, sebuah suara sedikit bergema dengan sorotan cahaya slide yang silih berganti. Suara itu milik Joko Irawan Mumpuni, seorang direktur di salah satu penerbit mayor bernama PT Andi atau dikenal dengan nama Penerbit Andi. 

        Sapaan ramahnya membuka perjumpaan daring kami. Ia membagikan rentetan informasi penting terkait peluang-peluang pemasaran produk buku yang potensial saat ini. Hal ini penting diketahui agar para penulis dapat menentukan sejak awal, kelompok buku apa yang akan ditulis.

Skema Kelompok Buku

Melalui skema sirip ikan, beliau menyebutkan bahwa produk buku di pasar terdiri dari ada dua kelompok besar yaitu kelompok buku Teks dan Non Teks. Kelompok Teks terdiri dari  buku-buku formal yang digunakan oleh para siswa dari berbagai jenjang untuk belajar di sekolah. Kelompok Non Teks, merupakan kelompok buku yang tidak selalu digunakan dalam pengajaran di sekolah.

Kelompok  buku Teks terdiri dari Buku-buku Pelajaran (mulai jenjang SD hingga SLTA) dan buku-Buku Perguruan Tinggi. Buku-buku untuk perguruan tinggi terbagi menjadi dua bagian yaitu buku Eksak dan buku Non Eksak. Buku-buku ini memiliki varian yang banyak karena sesuai dengan jumlah fakultas yang disediakan. Buku Non Teks dibagi menjadi buku Fiksi (seperti novel, kumpulan cerpen atau puisi) dan Non Fiksi (pengetahuan umum, buku anak dan lain-lain).

Jumlah Penulis Buku


Hal yang umum diketahui bahwa satu judul buku dapat ditulis oleh satu penulis atau lebih dari satu penulis. Nama para penulisnya dapat dilihat pada sampul luar atau sampul dalam buku tersebut. Ada juga buku yang ditulis dengan mencantumkan nama lembaga baik satu lembaga maupun lebih dari satu lembaga. Umumnya buku seperti ini pasarnya sudah jelas yaitu para anggota lembaga tersebut.

    

Jenis buku lainnya berupa buku yang diterbitkan bersama universitas tertentu. Artinya, selain dijual di seluruh Indonesia, buku tersebut juga dipakai oleh universitas tersebut. Maka, penerbitan bukunya dapat bersifat rutin dalam periode tertentu. Biasanya buku seperti ini memuat logo penerbit dan logo lembaga yang menjadi partner kerjasama.

Buku lainnya berupa hasil tulisan para konsorsium penulis. Para anggota konsorsium biasanya mendapat bagain menulis satu hingga beberapa bab (chapter).

Tingkatan Penulis

        Pak Joko memberikan gambaran level penulis berdasarkan pengetahuan dan kemampuan menulis. Level terbawah adalah orang yang tidak ingin menulis. Namun, Pak Joko yakin bahwa semua peserta pelatihan ini berada pada level yang tertinggi. Hal itu ditunjukkan dengan keseriusan para peserta untuk mengikuti tahapan demi tahapan hingga pada pertemuan ini. Hal yang perlu dilakukan oleh peserta saat ini adalah membulatkan tekad untuk terus menulis.

Industri Buku

Statement menarik disampaikan Pak Joko ketika menunjukkan gambaran rumit industri buku. Chord bussiness industry ini memang penerbitan, namun para stakeholder yang terlibat jumlahnya banyak mulai penerbit, pabrik kertas, bank, ekspedisi dan lain-lain.  Para stakeholder ada yang berupa lembaga maupun perorangan.

Hal ini menunjukkan bahwa sesungguhnya para penulis penting bagi kehidupan orang lain. Setiap sumbangsih para penulis untuk menerbitkan satu judul buku, akan membuat perekonomian dijalankan oleh banyak pihak. Artinya, ada banyak orang yang dapat bekerja dan memiliki penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Dengan demikian, pekerjaan penulis itu sangat mulia karena dapat menghidupi banyak orang. Jika meminjam istilah yang digunakan pak Joko, upah para penulis besar itu di surga.

Pertumbuhan Industry Penerbitan

Lebih lanjut, Pak Joko menyebutkan bahwa tingkat literasi masyarakat Indonesia masih sangat rendah, bahkan jika dibandingkan dengan negara Vietnam. Masyarakat kita lebih suka menggunakan waktu senggang untuk melakukan hal-hal lain daripada membaca. Inilah yang membuat budaya literasi membaca bangsa kita rendah. Tingkat literasi itu sangat mempengaruhi pertumbuhan industri penerbitan.

Kemudian, minat menulis bangsa  kita memang kurang. Sebagai orang Timur, minat “ngomong” atau minat berbicara masyarakat lebih besar daripada minat menulis. Contoh nyata, jika orang bertemu dengan temannya, biasanya pembicaraan dapat berlangsung lama. Idealnya, orang yang pandai bercerita atau berbicara dapat menuangkan ke dalam bentuk tulisan.

 

Proses Penyusunan Naskah Menjadi Buku

Gambar di atas menunjukkan alur proses penyusunan naskah menjadi buku. Pada alur proses ini, Pak Joko menghimbau agar penulis tidak hanya menyimpan naskahnya, melainkan membawanya ke penerbit untuk dipelajari kemungkinan penerbitannya. Hanya ada dua jawaban dari penerbit yaitu “diterima” atau “ditolak”.

Naskah-naskah yang layak untuk diterbitkan akan diedit oleh editor penerbit. Selain itu, penerbit juga akan mendesain cover yang menarik sehingga memiliki nilai jual. Naskah buku yang sudah diedit akan di-setting sesuai ukuran buku. Naskah selanjutnya akan dibuat menjadi buku namun belum dicetak secara masif. Tujuannya agar penulis dapat memeriksa kembali sebelum dicetak. Jika penulis sudah selesai memeriksa, maka naskah dapat dicetak secara masif.

Seluruh biaya penerbitan ditanggung oleh penerbit. Disamping itu, penerbit juga memberikan royalty kepada penulis sebesar sepuluh persen dari nilai buku yang terjual lunas. Contoh: Penerbit Andi memberikan royalty kepada penulis setiap enam bulan sekali. Tentu saja terdapat potongan sebesar 10% sebagai kewajiban penulis kepada negara.

Cara memilih Penerbit yang Baik

1.    Penerbit yang baik, tanpa kecuali baik mayor maupun minor memiliki ciri-ciri antara lain:

2.    Memiliki visi misi yang jelas. Contohnya Penerbit Andi memilik misi menerbitkan buku-buku pendidikan. Oleh karena itu, Peneribit Andi tidak akan pernah menerbitkan buku-buku yang bertentangan dengan tujuan pendidikan. Misalnya buku tentang politik praktis, buku pornografi dan buku lain yang tidak sesuai dengan visi misi penerbit.

3.    Memiliki Bussiness Core Link pada produk tertentu yang kuat. Misalnya buku pelajaran, buku kampus, buku informatika seperti yang dimiliki Penerbit Andi.

4.    Pengalaman penerbit yang cukup lama, seperti Penerbit Andi yang sudah bergerak selama 42 tahun.

5.    Jaringan pemasaran yang luas dari penerbit. Contohnya: buku tidak hanya beredar di seputar area provinsi tertentu saja. Akibatnya, nama penulis hanya dikenal di satu provinsi saja. Penerbit Andi memiliki jaringan pemasaran secara nasional bahkan sudah memasuki wilayah internasional. Penerbit Andi telah memilki 48 kantor cabang.

6.    Memiliki percetakan sendiri  sehingga terhindar dari proses pembajakan karena terkontrol oleh penerbit sendiri.

7.    Jangan terjebak pada tawaran royalty yang besar tetapi hasil cetaknya sedikit dan tidak berani mencetak ulang dalam jumlah eksemplar yang besar.

8.    Kejujuran penerbit dalam pembayaran royalty.   Ketika naskah sudah diterima, penulis akan mendapat pemberitahuan tertulis yang menyebutkan jumlah eksemplar yang diterbitkan pada cetakan pertama.

Sistem Penilaian Penerbitan

Poin penting yang perlu diketahui dalam sistem penilaian ini adalah dasar penerbitan sebuah naskah. Poin-poin penting itu antara lain:

a.    Editorial sebesar 10%

b.    Peluang potensi pasar sebesar 50-100%

c.     Keilmuan sebesar 30%

d.    Reputasi penulis. sebesar 10-100%

Tema-tema Pilihan

Secara umum ada empat kelompok yang dapat dibuat untuk membandingkan peluang tema-tema buku diterbitkan dengan popularitas penulis. Pak Joko memberikan gambaran bahwa penulis pemula yang memiliki tingkat popularitas yang belum tinggi, sebaiknya memilih tema-tema yang popular agar pembaca tertarik untuk membaca.

Untuk mengetahui tema-tema yang poluler, para penulis dapat menggunakan fasilitas Google Trend. Di aplikasi ini dapat dilihat isu-isu apa yang sedang marak dan menjadi trend di masyarakat.

Reward bagi Penulis

Penulis yang berhasil menerbitkan tulisannya tentu akan merasakan hal-hal berikut sebagai reward atas kerja kerasnya, yaitu:

a.    Kepuasan. Seorang penulis merasa puas dan bangga jika ada namnya tercantum pada buku yang ditulisnya. Apalagi buku itu berada pada deretan buku yang dilihat oleh banyak orang. Sungguh menjadi sebuah kebanggan jika buku hasil tulisan sendiri dibaca oleh banyak orang.

b.    Reputasi. Sungguh menggembirakan karena memiliki reputasi baik yang ditandai munculnya nama diri sebagai penulis di mesin pencari (browser).  Penulis menjadi terkenal dan dapat diundang mengisi acara-acara tertentu seperti pelatihan dan sebagainya.

c.     Karir. Efek dari reputasi tentu akan berdampak pada karir si penulis sendiri.

d.    Uang. Hasil penerbitan buku memberi dampak positif secara ekonomi karena mendapatkan royalti atas buku yang diterbitkan dan dijual.

           Pak Joko memberikan statement yang bijak terkait pertanyaan peserta yang mengatakan bahwa ada  kesan bahwa penerbit mayor susah ditembus apalagi oleh penulis pemula. Menurut Pak Joko, kesan itu tergantung cara pandang seseorang saja. Di Penerbit ANDI setiap bulan ada 300 sd 500 naskah yang masuk, tetapi yang diterima untuk diterbitkan hanya 40 judul saja. Semua peserta dipersilahkan untuk mengartikan data tersebut dengan positif. Pesan beliau, "Jadilah pejuang tangguh."

        Pertemuan penulis dengan narasumber malam ini terselenggara atas kerja sama PGRI – PT. ANDI Temanya tentunya sangat menariK. Banyak para guru yang hebat ini telah mumpuni menulis tetapi karena kurang gaul dengan penerbit, merek tidak tahu naskah seperti apa yang diinginkan penerbit.

 Kesimpulan pertemuan ini ada pada dua gambar berikut ini:



Salam Literasi!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar