Jalan masih
panjang dan tujuan belum tampak di depan mata. Namun, perjalanan masih terus
berlanjut. Saya teringat sebuah peristiwa pendadaran yang saya ikuti di Gunung
Salak beberapa waktu silam. Malam yang sepi, udara yang dingin dan rasa lapar
yang terus memberontak. Perjalanan panjang yang melalui banyak perhentian.
Mungkin
demikian ilustrasi yang lebih kurang dapat menggambarkan perjalanan pelatihan
ini. Meskipun tidak sedramatis waktu itu ya, karena dalam “perhentian”
pelatihan ini, masih ada kopi pahit dan ubi rebus yang menemani kegiatan malam
ini.
Ini “tempat” kesembilan yang saya masuki bersama rekan-rekan seperjuangan, para Pejuang Pena. Di dalamnya, sebuah suara sedikit bergema dengan sorotan cahaya slide yang silih berganti. Suara itu milik Joko Irawan Mumpuni, seorang direktur di salah satu penerbit mayor bernama PT Andi atau dikenal dengan nama Penerbit Andi.
Sapaan ramahnya membuka perjumpaan daring kami. Ia membagikan rentetan informasi penting terkait peluang-peluang pemasaran produk buku yang potensial saat ini. Hal ini penting diketahui agar para penulis dapat menentukan sejak awal, kelompok buku apa yang akan ditulis.
Skema Kelompok Buku
Melalui
skema sirip ikan, beliau menyebutkan bahwa produk buku di pasar terdiri dari
ada dua kelompok besar yaitu kelompok buku Teks dan Non Teks. Kelompok Teks terdiri dari buku-buku formal yang digunakan oleh para
siswa dari berbagai jenjang untuk belajar di sekolah. Kelompok Non Teks,
merupakan kelompok buku yang tidak selalu digunakan dalam pengajaran di
sekolah.
Kelompok buku Teks terdiri dari Buku-buku Pelajaran (mulai jenjang SD
hingga SLTA) dan buku-Buku Perguruan
Tinggi. Buku-buku untuk perguruan tinggi terbagi menjadi dua bagian yaitu
buku Eksak dan buku Non Eksak. Buku-buku ini memiliki varian
yang banyak karena sesuai dengan jumlah fakultas yang disediakan. Buku Non Teks
dibagi menjadi buku Fiksi (seperti novel, kumpulan cerpen atau puisi) dan Non
Fiksi (pengetahuan umum, buku anak dan lain-lain).
Jumlah Penulis Buku
Hal yang
umum diketahui bahwa satu judul buku dapat ditulis oleh satu penulis atau lebih
dari satu penulis. Nama para penulisnya dapat dilihat pada sampul luar atau
sampul dalam buku tersebut. Ada juga buku yang ditulis dengan mencantumkan nama
lembaga baik satu lembaga maupun lebih dari satu lembaga. Umumnya buku seperti
ini pasarnya sudah jelas yaitu para anggota lembaga tersebut.
Jenis buku lainnya berupa buku yang diterbitkan bersama universitas tertentu. Artinya, selain dijual di seluruh Indonesia, buku tersebut juga dipakai oleh universitas tersebut. Maka, penerbitan bukunya dapat bersifat rutin dalam periode tertentu. Biasanya buku seperti ini memuat logo penerbit dan logo lembaga yang menjadi partner kerjasama.
Buku
lainnya berupa hasil tulisan para konsorsium penulis. Para anggota konsorsium
biasanya mendapat bagain menulis satu hingga beberapa bab (chapter).
Tingkatan Penulis
Pak Joko memberikan gambaran level penulis berdasarkan pengetahuan dan kemampuan menulis. Level terbawah adalah orang yang tidak ingin menulis. Namun, Pak Joko yakin bahwa semua peserta pelatihan ini berada pada level yang tertinggi. Hal itu ditunjukkan dengan keseriusan para peserta untuk mengikuti tahapan demi tahapan hingga pada pertemuan ini. Hal yang perlu dilakukan oleh peserta saat ini adalah membulatkan tekad untuk terus menulis.Industri Buku
Statement menarik disampaikan Pak Joko ketika menunjukkan gambaran rumit industri buku. Chord bussiness industry ini memang penerbitan, namun para stakeholder yang terlibat jumlahnya banyak mulai penerbit, pabrik kertas, bank, ekspedisi dan lain-lain. Para stakeholder ada yang berupa lembaga maupun perorangan.
Hal ini menunjukkan bahwa sesungguhnya para penulis penting bagi kehidupan orang lain. Setiap sumbangsih para penulis untuk menerbitkan satu judul buku, akan membuat perekonomian dijalankan oleh banyak pihak. Artinya, ada banyak orang yang dapat bekerja dan memiliki penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Dengan demikian, pekerjaan penulis itu sangat mulia karena dapat menghidupi banyak orang. Jika meminjam istilah yang digunakan pak Joko, upah para penulis besar itu di surga.Pertumbuhan Industry Penerbitan
Lebih lanjut, Pak Joko menyebutkan bahwa tingkat literasi masyarakat Indonesia masih sangat rendah, bahkan jika dibandingkan dengan negara Vietnam. Masyarakat kita lebih suka menggunakan waktu senggang untuk melakukan hal-hal lain daripada membaca. Inilah yang membuat budaya literasi membaca bangsa kita rendah. Tingkat literasi itu sangat mempengaruhi pertumbuhan industri penerbitan.
Kemudian, minat menulis bangsa kita memang kurang. Sebagai orang Timur, minat “ngomong” atau minat berbicara masyarakat lebih besar daripada minat menulis. Contoh nyata, jika orang bertemu dengan temannya, biasanya pembicaraan dapat berlangsung lama. Idealnya, orang yang pandai bercerita atau berbicara dapat menuangkan ke dalam bentuk tulisan.Proses Penyusunan Naskah Menjadi
Buku
Gambar di atas
menunjukkan alur proses penyusunan naskah menjadi buku. Pada alur proses ini,
Pak Joko menghimbau agar penulis tidak hanya menyimpan naskahnya, melainkan membawanya
ke penerbit untuk dipelajari kemungkinan penerbitannya. Hanya ada dua jawaban
dari penerbit yaitu “diterima” atau “ditolak”.
Naskah-naskah
yang layak untuk diterbitkan akan diedit oleh editor penerbit. Selain itu,
penerbit juga akan mendesain cover yang
menarik sehingga memiliki nilai jual. Naskah buku yang sudah diedit akan di-setting sesuai ukuran buku. Naskah
selanjutnya akan dibuat menjadi buku namun belum dicetak secara masif.
Tujuannya agar penulis dapat memeriksa kembali sebelum dicetak. Jika penulis
sudah selesai memeriksa, maka naskah dapat dicetak secara masif.
Seluruh biaya
penerbitan ditanggung oleh penerbit. Disamping itu, penerbit juga memberikan royalty kepada penulis sebesar sepuluh
persen dari nilai buku yang terjual lunas. Contoh: Penerbit Andi memberikan
royalty kepada penulis setiap enam bulan sekali. Tentu saja terdapat potongan
sebesar 10% sebagai kewajiban penulis kepada negara.
Cara memilih Penerbit yang Baik
1. Penerbit
yang baik, tanpa kecuali baik mayor maupun minor memiliki ciri-ciri antara
lain:
2. Memiliki
visi misi yang jelas. Contohnya Penerbit Andi memilik misi menerbitkan
buku-buku pendidikan. Oleh karena itu, Peneribit Andi tidak akan pernah
menerbitkan buku-buku yang bertentangan dengan tujuan pendidikan. Misalnya buku
tentang politik praktis, buku pornografi dan buku lain yang tidak sesuai dengan
visi misi penerbit.
3. Memiliki
Bussiness Core Link pada produk tertentu yang kuat. Misalnya buku pelajaran,
buku kampus, buku informatika seperti yang dimiliki Penerbit Andi.
4. Pengalaman
penerbit yang cukup lama, seperti Penerbit Andi yang sudah bergerak selama 42
tahun.
5. Jaringan
pemasaran yang luas dari penerbit. Contohnya: buku tidak hanya beredar di
seputar area provinsi tertentu saja. Akibatnya, nama penulis hanya dikenal di
satu provinsi saja. Penerbit Andi memiliki jaringan pemasaran secara nasional
bahkan sudah memasuki wilayah internasional. Penerbit Andi telah memilki 48
kantor cabang.
6. Memiliki
percetakan sendiri sehingga terhindar
dari proses pembajakan karena terkontrol oleh penerbit sendiri.
7. Jangan
terjebak pada tawaran royalty yang
besar tetapi hasil cetaknya sedikit dan tidak berani mencetak ulang dalam
jumlah eksemplar yang besar.
8. Kejujuran
penerbit dalam pembayaran royalty. Ketika naskah sudah diterima, penulis akan
mendapat pemberitahuan tertulis yang menyebutkan jumlah eksemplar yang
diterbitkan pada cetakan pertama.
Sistem Penilaian Penerbitan
Poin penting yang perlu
diketahui dalam sistem penilaian ini adalah dasar penerbitan sebuah naskah.
Poin-poin penting itu antara lain:
a. Editorial
sebesar 10%
b. Peluang
potensi pasar sebesar 50-100%
c. Keilmuan
sebesar 30%
d. Reputasi penulis. sebesar 10-100%
Tema-tema Pilihan
Secara umum ada empat kelompok yang dapat dibuat untuk membandingkan peluang tema-tema buku diterbitkan dengan popularitas penulis. Pak Joko memberikan gambaran bahwa penulis pemula yang memiliki tingkat popularitas yang belum tinggi, sebaiknya memilih tema-tema yang popular agar pembaca tertarik untuk membaca.
Untuk mengetahui tema-tema yang poluler, para penulis dapat menggunakan fasilitas Google Trend. Di aplikasi ini dapat dilihat isu-isu apa yang sedang marak dan menjadi trend di masyarakat.Reward bagi Penulis
Penulis yang
berhasil menerbitkan tulisannya tentu akan merasakan hal-hal berikut sebagai
reward atas kerja kerasnya, yaitu:
a. Kepuasan.
Seorang penulis merasa puas dan bangga jika ada namnya tercantum pada buku yang
ditulisnya. Apalagi buku itu berada pada deretan buku yang dilihat oleh banyak
orang. Sungguh menjadi sebuah kebanggan jika buku hasil tulisan sendiri dibaca
oleh banyak orang.
b. Reputasi.
Sungguh menggembirakan karena memiliki reputasi baik yang ditandai munculnya
nama diri sebagai penulis di mesin pencari (browser). Penulis menjadi terkenal dan dapat diundang
mengisi acara-acara tertentu seperti pelatihan dan sebagainya.
c. Karir.
Efek dari reputasi tentu akan berdampak pada karir si penulis sendiri.
d. Uang.
Hasil penerbitan buku memberi dampak positif secara ekonomi karena mendapatkan
royalti atas buku yang diterbitkan dan dijual.
Pak Joko memberikan statement yang bijak terkait pertanyaan peserta yang mengatakan bahwa ada kesan bahwa penerbit mayor susah ditembus apalagi oleh penulis pemula. Menurut Pak Joko, kesan itu tergantung cara pandang seseorang saja. Di Penerbit ANDI setiap bulan ada 300 sd 500 naskah yang masuk, tetapi yang diterima untuk diterbitkan hanya 40 judul saja. Semua peserta dipersilahkan untuk mengartikan data tersebut dengan positif. Pesan beliau, "Jadilah pejuang tangguh."
Pertemuan penulis dengan narasumber malam ini terselenggara atas kerja sama
PGRI – PT. ANDI Temanya tentunya sangat menariK. Banyak para guru yang hebat ini telah mumpuni menulis tetapi karena kurang gaul dengan penerbit, merek tidak tahu naskah seperti apa yang diinginkan penerbit.
Salam Literasi!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar