Pengalaman Manusia
Dalam beberapa peristiwa, ungkapan itu mengingatkan akan rapuhnya manusia di dunia ini. Daging yang membentuk jasad manusia tak jarang kurang disadari sebagai sebuah kefanaan.
Kurangnya
kesadaran itu tampak dalam perilaku manusia yang menganggap dirinya abadi.
Manusia selalu berusaha agar dapat hidup selamanya. Bahkan, disaat ajal
kematian menghampiri, manusia selalu berusaha untuk menjauh.
Tubuh ini dianggap sebagai penjara jasmani. Jiwa yang ada
di dalamnya berusaha setia kepada Pencipta-Nya, namun tubuh seringkali
berpaling dari-Nya. Jika demikian, mengapa manusia berusaha mempertahankannya?
Spiritualitas kepada Sang Ilahi
Manusia
diciptakan dari debu dan akan kembali ke debu. Dari situlah asal dan tujuan
tubuh jasmani ini. Tapi jiwa tidak akan kembali menjadi debu tanah. Ia akan
kembali kepada Pemiliknya, yaitu Sang Ilahi.
Jika
ajal akan menjemput, disitulah bel hidup terakhir akan berbunyi. Rajutan benang
kehidupan akan diputuskan oleh-Nya dan kita bersiap menghadap-Nya.
Jika kita sungguh2 memahami
makna kematian, maka sesungguhnya itulah yang kita harapkan. Sebuah sarana
perjumpaan dengan Sang Pencipta melalui kematian. Bukankah itu sebuah kerinduan? Maka kematian merupakan
saudari yang dijumpai dan
ia membawa kita pada-Nya.
Tubuh jasmani menyatu dengan ibu bumi, dan tubuh rohani
kembali pada-Nya. Tangisan
hanya perpisahan pada tubuh jasmani, tapi sukacita menghantar tubuh rohani
dalam perjalanannya kepada sang Pencipta. (())
Wah, isinya dalam sekali ya
BalasHapusMakasih informsinya, semoga dapat menularkan dan berbagi pengetahuan tanpa lelah.
BalasHapushatur nuhun pak Nana 🙏
Hapus