Sabtu, 12 Desember 2020

TANTANGAN YANG MENANTANG

   Tidak mudah mengatasi berbagai tantangan dan hambatan yang ada di hadapan mata. Bagi para penulis, tantangan itu seringkali tidak hanya satu. Salah satunya adalah kejenuhan. Bagaimana mengatasi tantangan dan hambatan tersebut? Simak ulasan salah satu penulis berikut. 

Ada yang menarik dalam pertemuan kali ini. Materi yang diterima berupa hal-hal teknis berkaitan dengan penulisan. Tentu saja ini menjadi amunisi baru bagi para penulis yang juga berprofesi sebagai guru di seluruh Indonesia ini.

Materi disampaikan oleh seorang alumni grup belajar menulis gelombang 10 yang berasal dari Tanjung Pinang Kepulauan Riau. Saat ini, ia  mengajar di SMP Negeri 2 Mendoyo, Kabupaten Jembaran, Provinsi Bali. Dia adalah Ibu Rita Wati, S.Kom.

Aktif di Media Sosial

Rita Wati, S. Kom menulis di tiga blog media sosial, yaitu Wordpress , Blogspotdan KompasianaIa juga aktif membagikan ilmunya melalui kanal Youtube. Beberapa karya berupa tutorial terkait penulisan yang sudah ia buat antara lain:

1.  Cara Menggunakan Wheel Of Names Menggunakan Foto Peserta

2.  Cara Cepat Memasukan Soal di Ms.Word di Google Form tanpa copy paste

3.  Merubah Powerpoint Menjadi Video

4.  Membuat Soal Pilihan Ganda dan Menampilkan Score di Powerpoint

5.   Presentasi Online Dengan Powtoon

6.  Cara Mengonlinekan Erapor Dengan Ngrok

7.   Cara Mengelola Komputer dari Jauh dengan Team Viewer

8.   Cara Memposting dan Memasukan Video Youtube di Blog

9.  CaraPraktis Menggabungkan File Ms Word

10. Cara Menggunakan Mail Merge

11. Blog Keren dengan Merubah Tema

12. Membuat Runningtext di Blog

13. Mengetik 10 jari dengan Typing Master

14. Mengetik Cepat Dengan Menggunakan Suara

15. MembuatDropcap, Page Border dan Mengatur Margin di MS Word

16. Merubah File PDF ke Word atau Sebaliknya

17. Menyingkat URL dengan Bitly

18. Trik Merekam Layar dengan Bandicam

19. Materi Software Perangkat Lunak

20. Materi Perangkat Lunak Komputer


Pengalaman Menulis

Ibu Rita membagikan pengalamannya sebagai peserta belajar menulis gelombang 10 yang di pelopori oleh Omjay.

Pengalamannya menulis diawali ketika ia memasuki kota Yogyakarta tahun 2001. Ia terinspirasi pada salah seorang penulis yaitu teman kost-nya yang aktif menulis. Ketika itu, ia belum tahu akan memulai menulis apa.

Sayang, kebersamaan bersama temannya tidak lama karena sang teman memutuskan untuk menikah muda. Keinginannya untuk menulis akhirnya dipendam saja.

Pada tahun 2005, keinginan Ibu Rita untuk menulis kembali muncul ketika di masa kuliah, ia sering diajak untuk menjaga stand bazzar buku. Keinginan itu terus menguat tatkala ia mengisi waktu menjaga stand buku dengan membaca buku-buku.

Saya mulai mencoba untuk menulis. Tulisan awal yang dibuatnya adalah sebuah cerpen dengan gayanya sendiri. Puncaknya, ia menulis novel sebanyak 80 halaman. Namun, ia merasa malu untuk menunjukkan hasil tulisannya itu kepada orang lain. 

Pada masa kuliah, temannya sering meminjam komputer miliknya. Ia merasa khawatir bila temannya akan melihat hasil tulisannya tersebut. Ia pun memberikan sandi atau password pada semua file tulisannya.

Ketidakpercayaan dirinya melihat tulisannya dibaca oleh orang lain itulah yang membuat dirinya merasa tidak memiliki bakat menulis.

Jenuh Menulis 

Tahun 2005, media blog mulai booming. Ibu Rita merasa bahwa sebagai mahasiswa jurusan computer, ia juga ingin memiliki jejak digital. Keinginannya itu diwujudkan dengan membuat blog pribadi.

Pada masa itu, akses internet hanya dapat dilakukan melalui warung internet (warnet). Rasa malas ke warnet membuatnya tidak pernah memikirkan blog dan menulis lagi. Ia sudah merasa bahwa dirinya tidak berbakat menulis.

Pada tahun 2011, ia kembali membuat blog pribadi untuk memenuhi keinginnya memiliki jejak digital. Pada bulan pertama, ia memposting enam tulisan. Namun, pada bulan berikutnya jumlah posting tulisannya berkurang dari waktu sebelumnya yaitu hanya tiga 3 tulisan. Pada bulan berikutnya, blog yang dibuatnya kembali diabaikannya.

Pada tahun 2013, muncul kurikulum baru. Dalam kurikulum ini, mata pelajaran TIK telah dihapus. Ia merasa galau sebagai guru TIK.

Ketika ada lomba English Essay  di UNDIKSHA dengan tema Kurikulum 2013, ia mencoba mengikuti lomba walaupun kemampuannya dalam penguasaan bahasa Inggris tidak seperti guru Bahasa Inggris. Namun, ia berusaha untuk tetap percaya diri.

Momen ini ia gunakan untuk mengungkapkan kerisauannya atas penghapusan mata pelajaran TIK. Ia merasa, penghapusan mata pelajaran tersebut dapat mengakibatkan para siswa akan “buta teknologi”.

Ibu Rita tidak pernah menyangka bahwa tulisan esay-nya memhantarnya menjadi finalis dalam lomba tersebut. Baginya, hal itu sudah merupakan prestasinya dalam menulis. 

Sayang, essay itu menjadi tulisan terakhir saya hingga masa pandemi Covid-19 muncul. Ia telah lama vakum dan tidak aktif menulis di blog-nya tersebut. Ia membayangkan kondisi blognya ibarat rumah kosong yang penuh sarang laba-laba yang telah lama ditinggal pemiliknya.

Ia mulai aktif menulis di blog-nya pasca pandemi sekitar bulan April 2020 yang lalu. Ia mendapat hikmah pandemi ini dan mulai menulis. Sayangnya, kondisi itu hanya bertahan hingga tiga tulisan saja karena penyakit malas yang menghantui.

Pada tanggal 27 April 2020, Ibu Rita mengikuti webinar yang dibuka oleh Prof. Unifah, Ketum PGRI Pusat. Pada kesempatan itu ia menyampaikan tentang adanya pelatihan menulis dengan peserta dari seluruh Indonesia. Beliau menyinggung pula bahwa peserta dari Provinsi Bali masih sedikit.

Sejak gelombang ke-1 hingga gelombang ke-10, saya selalu mendapatkan tautan untuk bergabung dalam grup menulis ini.  Omjay selalu membagikan tautan tersebut di grup E-learning Guru TIK Bali. Tapi ia baru memutuskan untuk bergabung pada gelombang ke-10. Sejak saat itu, Ibu Rita mulai tertarik untuk bergabung dalam grup “Belajar Menulis” yang dipelopori oleh Omjay.

Pada awal bergabung, ia masih bingung ini karena pelatihan nya diselenggarakan lewat WhatsApp, hanya membaca text, dan dilakukan pada siang hari saat bulan puasa. Ia mulai melihat teman-temannya mem-posting tulisan di grup. Ia mulai memahami bahwa setiap peserta harus membuat resume materi yang didapat dan mem-posting di blog masing-masing peserta.

Berkat belajar membuat resume di Kelas Belajar Menulis Bersama Omjay, Ibu Rita kembali aktif menulis. Berkat menulis itu pula, Ibu Rita sering mendapatkan reward atas keaktifannya menulis tersebut. 

Seiring waktu, Ibu Rita telah menerbitkan dua buku solo dan satu  calon buku duet bersama Prof. Eko yang telah di nyatakan lolos dan diterima tanpa revisi oleh penerbit Andi.


Gambar: Dokumentasi narasumber

Selain itu, ada lima buku antologi yang terdiri dari tiga buku antologi dimana ia menjadi kuratornya yaitu The Meaningfull True Stories, dan Senandung Guru Jilid 1 dan 2.


Gambar: Dokumentasi narasumber

Agar Konsisten Dalam Menulis

Hal penting dalam menulis adalah belajar dari para narasumber. Setiap narasumber mempunyai teknik dan cara-cara yang unik dan khusus dalam menulis. Bila perlu, semua teknik dan cara-cara tersebut dicatat dan dikerjakan. Contohnya, Omjay mengatakan: “Menulislah Setiap hari dan Buktikan Apa Yang Terjadi” patut dicoba dan dilakukan.


Gambar: Dokumentasi narasumber

Banyak orang berpikir, diperlukan puluhan purnama agar dapat memiliki buku solo. Pemikiran demikian kurang tepat. Ibu Rita telah membuktikan bahwa buku solonya “Merajut Asa” memerlukan waktu hanya tiga minggu untuk diterbitkan.

Pengalaman Kelas Belajar Menulis

Ibu Rita membagikan kisah uniknya ketika ia telah menyelesaikan dua puluh resume materi narasumber. Menurutnya, dua puluh materi itu sudah cukup, tetapi Omjay menambah sepuluh pertemuan lagi. Ia merasa hal itu tidak wajib untuk diikuti.

Ia mengabaikan tiga materi narasumber, salah satu diantaranya adalah bu Kanjeng. Ia berusaha mengejar ketertinggalannya dengan mencari materi yang sudah tertimpa ratusan postingan di WhatsApp-nya. Baginya, usaha ini merupakan sebuah perjuangan yang berat.

Tantangan Menulis

Para penulis tidak selalu menulis tanpa hambatan dan tantangan. Selalu ada hal-hal menantang yang menghadang. Salah satu contoh adalah pengalaman Ibu Rita ketika mengikuti tantangan bersama Prof. Eko dalam waktu satu bulan. 

Ketika itu peserta yang ikut cukup banyak yaitu sekitar 47 orang. Menurut Ibu Rita, saat itu kondisinya cukup sibuk karena ia merupakan Operator Dapodik di sekolah tempat ia bertugas. Pada saat yang bersamaan, ia harus menyelesaikan penginputan nomor telepon selular para siswa di Dapodik untuk Program Kuota Internet dari Kemendikbud.

Masih banyak tantangan lain yang tentu saja berbeda dialami oleh para penulis. Tantangan itu pun tidak mudah untuk dilalui. Daya juang sangat diperlukan untuk tetap bersemangat mewujudkan harapan para penulis.

Buku Apa yang Bagus?

Pada dasarnya semua buku bagus. Para penulis yang akan menciptakan sebuah buku perlu memperhatikan tujuan dan cara memilih judul penulisannya. Jika penulis ingin mengejar profit, maka dapat mengikuti tema-tema yang popular melalui  . Para pembaca dapat melihat tautan berikut untuk mengetahui cara memilih judul tulisan:

Tema-tema lain seperti pariwisata sebagai materi tulisan dapat menjadi pilihan. Sebagai contoh, tautan tulisan Ibu Rita tentang pariwisata Kintamani.

Jika ada penulis yang memiliki beberapa blog seperti Blogger, Wordpress dan Kompasiana, dapat membagi ide-ide ke dalam beberapa kategori sesuai keinginan penulis. Misalnya untuk Blog dapat difokuskan untuk materi tentang TIK atau Belajar Menulis, untuk Kompasiana saya fokus ke tips dan trik, dan untuk Wordpress difokuskan untuk catatan harian seperti perjalanan wisata dan sebagainya. 

Sumber: Ibu Rita Wati, S.Kom. (Guru SMP Negeri 2 Mendoyo, Kabupaten Jembaran, Provinsi Bali).


Mnulislah Setiap hari dan Lihat Apa yang Terjadi - Omjay

Tidak ada komentar:

Posting Komentar