Tidak mudah mengatasi berbagai tantangan dan hambatan yang ada di hadapan mata. Bagi para penulis, tantangan itu seringkali tidak hanya satu. Salah satunya adalah kejenuhan. Bagaimana mengatasi tantangan dan hambatan tersebut? Simak ulasan salah satu penulis berikut.
Ada
yang menarik dalam pertemuan kali ini. Materi yang diterima berupa hal-hal
teknis berkaitan dengan penulisan. Tentu saja ini menjadi amunisi baru bagi
para penulis yang juga berprofesi sebagai guru di seluruh Indonesia ini.
Materi disampaikan oleh seorang alumni grup belajar menulis gelombang 10 yang berasal dari Tanjung Pinang Kepulauan Riau. Saat ini, ia mengajar di SMP Negeri 2 Mendoyo, Kabupaten Jembaran, Provinsi Bali. Dia adalah Ibu Rita Wati, S.Kom.
Aktif di Media Sosial
Rita Wati, S. Kom menulis di tiga blog media sosial, yaitu Wordpress , Blogspot, dan Kompasiana. Ia juga aktif membagikan ilmunya melalui kanal Youtube. Beberapa karya berupa tutorial terkait penulisan yang sudah ia buat antara lain:
1. Cara Menggunakan Wheel Of Names Menggunakan Foto Peserta
2. Cara Cepat Memasukan Soal di Ms.Word di Google Form tanpa copy paste
3. Merubah Powerpoint Menjadi Video
4. Membuat Soal Pilihan Ganda dan Menampilkan Score di Powerpoint
5. Presentasi Online Dengan Powtoon
6. Cara Mengonlinekan Erapor Dengan Ngrok
7. Cara Mengelola Komputer dari Jauh dengan Team Viewer
8. Cara Memposting dan Memasukan Video Youtube di Blog
9. CaraPraktis Menggabungkan File Ms Word
10. Cara Menggunakan Mail Merge
11. Blog Keren dengan Merubah Tema
12. Membuat Runningtext di Blog
13. Mengetik 10 jari dengan Typing Master
14. Mengetik Cepat Dengan Menggunakan Suara
15. MembuatDropcap, Page Border dan Mengatur Margin di MS Word
16. Merubah File PDF ke Word atau Sebaliknya
17. Menyingkat URL dengan Bitly
18. Trik Merekam Layar dengan Bandicam
19. Materi Software Perangkat Lunak
20. Materi Perangkat Lunak Komputer
Pengalaman Menulis
Ibu
Rita membagikan pengalamannya sebagai peserta belajar menulis gelombang 10 yang
di pelopori oleh Omjay.
Pengalamannya
menulis diawali ketika ia memasuki kota Yogyakarta tahun 2001. Ia terinspirasi
pada salah seorang penulis yaitu teman kost-nya yang aktif menulis. Ketika itu,
ia belum tahu akan memulai menulis apa.
Sayang,
kebersamaan bersama temannya tidak lama karena sang teman memutuskan untuk
menikah muda. Keinginannya untuk menulis akhirnya dipendam saja.
Pada
tahun 2005, keinginan Ibu Rita untuk menulis kembali muncul ketika di masa
kuliah, ia sering diajak untuk menjaga stand bazzar buku. Keinginan itu terus menguat tatkala ia mengisi waktu
menjaga stand buku dengan membaca buku-buku.
Saya
mulai mencoba untuk menulis. Tulisan awal yang dibuatnya adalah sebuah cerpen dengan
gayanya sendiri. Puncaknya, ia menulis novel sebanyak 80 halaman. Namun, ia
merasa malu untuk menunjukkan hasil tulisannya itu kepada orang lain.
Pada
masa kuliah, temannya sering meminjam komputer miliknya. Ia merasa khawatir
bila temannya akan melihat hasil tulisannya tersebut. Ia pun memberikan sandi
atau password pada semua file
tulisannya.
Ketidakpercayaan
dirinya melihat tulisannya dibaca oleh orang lain itulah yang membuat dirinya
merasa tidak memiliki bakat menulis.
Jenuh Menulis
Tahun
2005, media blog mulai booming. Ibu
Rita merasa bahwa sebagai mahasiswa jurusan computer, ia juga ingin memiliki
jejak digital. Keinginannya itu diwujudkan dengan membuat blog pribadi.
Pada
masa itu, akses internet hanya dapat dilakukan melalui warung internet (warnet). Rasa malas ke warnet
membuatnya tidak pernah memikirkan blog dan menulis lagi. Ia sudah merasa bahwa
dirinya tidak berbakat menulis.
Pada
tahun 2011, ia kembali membuat blog pribadi untuk memenuhi keinginnya memiliki
jejak digital. Pada bulan pertama, ia memposting enam tulisan. Namun, pada bulan
berikutnya jumlah posting tulisannya berkurang dari waktu sebelumnya yaitu
hanya tiga 3 tulisan. Pada bulan berikutnya, blog yang dibuatnya kembali diabaikannya.
Pada
tahun 2013, muncul kurikulum baru. Dalam kurikulum ini, mata pelajaran TIK telah
dihapus. Ia merasa galau sebagai guru TIK.
Ketika
ada lomba English Essay di UNDIKSHA
dengan tema Kurikulum 2013, ia mencoba mengikuti lomba walaupun kemampuannya
dalam penguasaan bahasa Inggris tidak seperti guru Bahasa Inggris. Namun, ia
berusaha untuk tetap percaya diri.
Momen
ini ia gunakan untuk mengungkapkan kerisauannya atas penghapusan mata pelajaran
TIK. Ia merasa, penghapusan mata pelajaran tersebut dapat mengakibatkan para siswa
akan “buta teknologi”.
Ibu Rita tidak pernah menyangka bahwa tulisan esay-nya memhantarnya menjadi finalis dalam lomba tersebut. Baginya, hal itu sudah merupakan prestasinya dalam menulis.
Sayang,
essay itu menjadi tulisan terakhir saya hingga masa pandemi Covid-19 muncul. Ia telah lama vakum dan
tidak aktif menulis di blog-nya
tersebut. Ia membayangkan kondisi blognya ibarat rumah kosong yang penuh sarang
laba-laba yang telah lama ditinggal pemiliknya.
Ia
mulai aktif menulis di blog-nya pasca
pandemi sekitar bulan April 2020 yang lalu. Ia mendapat hikmah pandemi ini dan
mulai menulis. Sayangnya, kondisi itu hanya bertahan hingga tiga tulisan saja
karena penyakit malas yang menghantui.
Pada
tanggal 27 April 2020, Ibu Rita mengikuti webinar yang dibuka oleh Prof. Unifah,
Ketum PGRI Pusat. Pada kesempatan itu ia menyampaikan tentang adanya pelatihan
menulis dengan peserta dari seluruh Indonesia. Beliau menyinggung pula bahwa
peserta dari Provinsi Bali masih sedikit.
Sejak
gelombang ke-1 hingga gelombang ke-10, saya selalu mendapatkan tautan untuk bergabung
dalam grup menulis ini. Omjay selalu membagikan tautan tersebut di
grup E-learning Guru TIK Bali. Tapi ia baru memutuskan untuk bergabung pada
gelombang ke-10. Sejak saat itu, Ibu Rita mulai tertarik untuk bergabung dalam
grup “Belajar Menulis” yang dipelopori oleh Omjay.
Pada
awal bergabung, ia masih bingung ini karena pelatihan nya diselenggarakan lewat
WhatsApp, hanya membaca text, dan dilakukan
pada siang hari saat bulan puasa. Ia mulai melihat teman-temannya mem-posting tulisan di grup. Ia mulai
memahami bahwa setiap peserta harus membuat resume
materi yang didapat dan mem-posting
di blog masing-masing peserta.
Berkat belajar membuat resume di Kelas Belajar Menulis Bersama Omjay, Ibu Rita kembali aktif menulis. Berkat menulis itu pula, Ibu Rita sering mendapatkan reward atas keaktifannya menulis tersebut.
Seiring
waktu, Ibu Rita telah menerbitkan dua buku solo dan satu calon buku duet bersama Prof. Eko yang telah di
nyatakan lolos dan diterima tanpa revisi oleh penerbit Andi.
Gambar: Dokumentasi narasumber
Selain
itu, ada lima buku antologi yang terdiri dari tiga buku antologi dimana ia
menjadi kuratornya yaitu The Meaningfull
True Stories, dan Senandung Guru
Jilid 1 dan 2.
Agar Konsisten Dalam Menulis
Hal
penting dalam menulis adalah belajar dari para narasumber. Setiap narasumber mempunyai
teknik dan cara-cara yang unik dan khusus dalam menulis. Bila perlu, semua teknik
dan cara-cara tersebut dicatat dan dikerjakan. Contohnya, Omjay mengatakan: “Menulislah Setiap hari dan Buktikan Apa Yang
Terjadi” patut dicoba dan dilakukan.
Gambar: Dokumentasi narasumber
Banyak
orang berpikir, diperlukan puluhan purnama agar dapat memiliki buku solo.
Pemikiran demikian kurang tepat. Ibu Rita telah membuktikan bahwa buku solonya “Merajut
Asa” memerlukan waktu hanya tiga minggu untuk diterbitkan.
Pengalaman Kelas Belajar Menulis
Ibu
Rita membagikan kisah uniknya ketika ia telah menyelesaikan dua puluh resume materi narasumber. Menurutnya,
dua puluh materi itu sudah cukup, tetapi Omjay
menambah sepuluh pertemuan lagi. Ia merasa hal itu tidak wajib untuk diikuti.
Ia
mengabaikan tiga materi narasumber, salah satu diantaranya adalah bu Kanjeng. Ia
berusaha mengejar ketertinggalannya dengan mencari materi yang sudah tertimpa
ratusan postingan di WhatsApp-nya.
Baginya, usaha ini merupakan sebuah perjuangan yang berat.
Tantangan Menulis
Para
penulis tidak selalu menulis tanpa hambatan dan tantangan. Selalu ada hal-hal
menantang yang menghadang. Salah satu contoh adalah pengalaman Ibu Rita ketika mengikuti
tantangan bersama Prof. Eko dalam waktu satu bulan.
Ketika
itu peserta yang ikut cukup banyak yaitu sekitar 47 orang. Menurut Ibu Rita,
saat itu kondisinya cukup sibuk karena ia merupakan Operator Dapodik di sekolah
tempat ia bertugas. Pada saat yang bersamaan, ia harus menyelesaikan penginputan
nomor telepon selular para siswa di Dapodik untuk Program Kuota Internet dari
Kemendikbud.
Masih
banyak tantangan lain yang tentu saja berbeda dialami oleh para penulis.
Tantangan itu pun tidak mudah untuk dilalui. Daya juang sangat diperlukan untuk
tetap bersemangat mewujudkan harapan para penulis.
Buku Apa yang Bagus?
Pada dasarnya semua buku bagus. Para penulis yang akan menciptakan sebuah buku perlu memperhatikan tujuan dan cara memilih judul penulisannya. Jika penulis ingin mengejar profit, maka dapat mengikuti tema-tema yang popular melalui . Para pembaca dapat melihat tautan berikut untuk mengetahui cara memilih judul tulisan:
Tema-tema
lain seperti pariwisata sebagai materi tulisan dapat menjadi pilihan. Sebagai
contoh, tautan tulisan Ibu Rita tentang pariwisata Kintamani.
Jika
ada penulis yang memiliki beberapa blog seperti Blogger, Wordpress dan Kompasiana,
dapat membagi ide-ide ke dalam beberapa kategori sesuai keinginan penulis. Misalnya
untuk Blog dapat difokuskan untuk materi
tentang TIK atau Belajar Menulis, untuk Kompasiana
saya fokus ke tips dan trik, dan untuk Wordpress
difokuskan untuk catatan harian seperti perjalanan wisata dan sebagainya.
Sumber: Ibu Rita Wati, S.Kom. (Guru SMP Negeri 2 Mendoyo, Kabupaten Jembaran, Provinsi Bali).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar