Selasa, 29 Desember 2020

ORANG TUA DAN PEMBELAJARAN JARAK JAUH


Gambar: Ilustrasi anak dalam pembelajaran jarak jauh.

Di masa pandemi Covid-19 ini, saya merasakan betul bahwa tantangan belajar tidak hanya dihadapi oleh siswa dan guru saja. Sebagai orang tua, saya dan khususnya isteri juga menghadapi tantangan belajar ketika mendampingi anak-anak belajar. Melalui tulisan ini, saya akan membagikan pengalaman menjadi orang tua dalam pembelajaran siswa di masa pandemi ini. 

Saat ini, proses pembelajaran siswa berlangsung secara daring. Sama halnya dengan proses belajar tatap muka di sekolah, proses ini menuntut kesiapan siswa untuk belajar setiap hari. 

Ritme Rutin Sebuah Keluarga

Gambar: kegiatan belajar mandiri

Secara umum, pagi hari merupakan waktu yang paling sibuk bagi sebuah keluarga. Di satu sisi, kami harus mempersiapkan anak-anak untuk memulai aktivitas belajarnya. Namun, di sisi lain, kami juga harus mempersiapkan diri untuk memulai aktivitas bekerja.

Sebagai seorang ibu, isteri saya merupakan orang yang paling sibuk di rumah. Pukul 05.00 WIB ia sudah bangun, dan mempersiapkan bahan makan untuk makan pagi anak-anak. Saya sendiri, pukul 05.30 WIB sudah berangkat bekerja. Sudah menjadi kebiasaan sejak kecil, kedua putra kembar kami yang duduk di kelas 4 SD melakukan aktivitasnya secara mandiri seperti mandi, berpakaian dan makan.

Pada malam hari sebelumnya, anak-anak sudah mempersiapkan sepatu, kaos kaki dan baju sekolah yang akan digunakan. Urusan mencuci dan menyetrika pakaian, tentu menjadi domain kami. Tidak ada asisten rumah tangga di rumah kami. Seluruh pekerjaan harian di rumah, kami lakukan secara mandiri.

Ketika makanan sudah siap, anak-anak mengambil sendiri dan melakukan aktivitas makannya secara mandiri. Demikian pula, ketika pukul 06.30 WIB, saat presensi kehadiran siswa di kelas mulai dijalankan, mereka pun melakukannya secara mandiri.

Proses belajar anak-anak di rumah  mendapat pendampingan penuh dari ibunya. Tak jarang, ibunya menghubungi saya untuk menanyakan tentang materi yang tidak diketahuinya. Tugas-tugas yang diberikan gurunya, selalu dikerjakan pada hari itu juga. Tugas-tugas yang bersifat praktek, sedapat mungkin mereka selesaikan pada hari itu. Oleh karena itu, mereka dapat mengulang kembali pelajarannya pada malam hari. Saya dapat mendampingi mereka dengan lebih leluasa sambil mempersiapkan pelajaran esok harinya.

Tantangan Orang tua

Memang tidak semua orang tua menguasai teknik pembelajaran formal seperti di sekolah. Hal itu pula yang di alami oleh isteri saya ketika mendampingi anak-anak belajar. Tidak jarang, ia mengalami kesulitan untuk menjelaskan materi belajar yang kurang dipahami anak.

Saya akan seringkali dihubungi oleh isteri untuk menanyakan perihal materi yang tidak dipahaminya. Seringkali pula waktunya tidak tepat karena pada saat yang sama, saya mengerjakan tugas atau pekerjaan saya di tempat kerja. Pernah pula karena kurang fokus akibat pengaruh pekerjaan, materi yang sederhana yang ditanyakan mendadak tidak dimengerti. Ini tantangan yang tidak mudah untuk dilalui oleh para orang tua.

Tantangan lain berupa kesulitan dalam penggunaan media untuk menjelaskan kepada anak-anak di rumah karena situasi dan kondisi yang tidak tepat. Mau tidak mau, isteri juga harus ikut serta belajar kembali dengan mendalami bahan ajar yang diberikan oleh guru.

Bisa jadi, pengalaman ini juga dirasakan oleh para orang tua lainnya karena beberapa orang tua dari rekan siswa anak saya mengeluhkan hal yang sama. Ini dinamika pembelajaran daring di kalangan orang tua.

Memahami Peran

Masa Pembelajaran Jarak Jauh ini, terus “memaksa” orang tua dan anak-anak beradaptasi dengan aktivitas-aktivitas wajibnya. Adaptasi itu penting, agar orang tua maupun anak tidak mengalami hambatan-hambatan yang sama dan berulang setiap hari dan membebani pikiran mereka.

Saya menyadari betul bahwa kemandirian anak terhadap aktivitas rutinnya harus dilatih. Kemandirian itu adalah wujud tanggung jawab pribadi. Tentu saja, hal itu tidak diperoleh secara instan. Maka, pembiasaan harus dilakukan sedini mungkin, agar menjadi kebiasaan yang dilakukan dengan kegembiraan, bukan keterpaksaan.

Terkait dengan pembelajaran daring, anak-anak juga perlu diajarkan tentang teknologi yang mereka gunakan dalam proses belajar. Jika kegiatan belajar menggunakan platform Google Classroom, maka anak harus diupayakan untuk menguasai platform tersebut.

Memang tidak semua anak memiliki kemampuan yang sama dalam hal penguasaan teknologi digital. Dalam case tertentu, anak-anak yang duduk di kelas kecil misalnya kelas 1 dan kelas 2 perlu pendampingan dari orang tua secara intens.

Saat ini, aplikasi digital yang ditawarkan dalam perangkat-perangkat digital dapat dikuasai dengan mudah. Hal ini pula yang membuat kedua anak kembar saya dengan mudah menguasai teknik video editing. Kemampuan itu memudahkan mereka untuk mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh gurunya kepada mereka.

Sebagai orang tua, kami mengevaluasi hasil karya mereka dan memberi masukan-masukan untuk perbaikan tugasnya ke depan seperti teknik pengambilan gambar, pengaturan cahaya, pemilihan objek dan lain-lain.

Kami bersyukur bahwa kemandirian dan tanggung jawab yang dimiliki anak dapat membantu perkembangan mereka secara kognitif, afektif dan psikomotoriknya. Peran orang tua mulai dari awal pembelajaran pada pagi hari hingga selesainya pembelajaran pada siang hari sangat membantu pencapaian sasaran belajar anak.

(Disajikan sebagai refleksi penulis)

Referensi:

  1. https://mediaindonesia.com/hut-ri/336489/pjj-jadi-model-adaptasi-pembelajaran-masa-depan
  2. https://www.kompasiana.com/ropiyadi19360/5efb5b2f097f3623b07e0962/efektifitas-pembelajaran-jarak-jauh-pjj-pada-masa-pandemi-covid-19
  3. https://cdn-radar.jawapos.com/uploads/radarkudus/news/2020/04/18/disdikpora-jepara-sekolah-dari-rumah-diperpanjang-hingga-30-april_m_1587209812_189633.jpg

Tidak ada komentar:

Posting Komentar