Di masa pandemi Covid-19 ini, saya merasakan betul bahwa tantangan belajar tidak hanya dihadapi oleh siswa dan guru saja. Sebagai orang tua, saya dan khususnya isteri juga menghadapi tantangan belajar ketika mendampingi anak-anak belajar. Melalui tulisan ini, saya akan membagikan pengalaman menjadi orang tua dalam pembelajaran siswa di masa pandemi ini.
Saat ini, proses pembelajaran siswa berlangsung secara daring. Sama halnya dengan proses belajar tatap muka di sekolah, proses ini menuntut kesiapan siswa untuk belajar setiap hari.
Ritme
Rutin Sebuah Keluarga
Secara umum, pagi hari merupakan waktu yang paling sibuk
bagi sebuah keluarga. Di satu sisi, kami harus mempersiapkan anak-anak untuk
memulai aktivitas belajarnya. Namun, di sisi lain, kami juga harus
mempersiapkan diri untuk memulai aktivitas bekerja.
Sebagai seorang ibu, isteri saya merupakan orang yang
paling sibuk di rumah. Pukul 05.00 WIB ia sudah bangun, dan mempersiapkan bahan
makan untuk makan pagi anak-anak. Saya sendiri, pukul 05.30 WIB sudah berangkat
bekerja. Sudah menjadi kebiasaan sejak kecil, kedua putra kembar kami yang
duduk di kelas 4 SD melakukan aktivitasnya secara mandiri seperti mandi,
berpakaian dan makan.
Pada malam hari sebelumnya, anak-anak sudah mempersiapkan
sepatu, kaos kaki dan baju sekolah yang akan digunakan. Urusan mencuci dan
menyetrika pakaian, tentu menjadi domain kami. Tidak ada asisten rumah tangga
di rumah kami. Seluruh pekerjaan harian di rumah, kami lakukan secara mandiri.
Ketika makanan sudah siap, anak-anak mengambil sendiri dan
melakukan aktivitas makannya secara mandiri. Demikian pula, ketika pukul 06.30
WIB, saat presensi kehadiran siswa di kelas mulai dijalankan, mereka pun melakukannya
secara mandiri.
Proses belajar anak-anak di rumah mendapat pendampingan penuh dari ibunya. Tak
jarang, ibunya menghubungi saya untuk menanyakan tentang materi yang tidak
diketahuinya. Tugas-tugas yang diberikan gurunya, selalu dikerjakan pada hari
itu juga. Tugas-tugas yang bersifat praktek, sedapat mungkin mereka selesaikan
pada hari itu. Oleh karena itu, mereka dapat mengulang kembali pelajarannya
pada malam hari. Saya dapat mendampingi mereka dengan lebih leluasa sambil
mempersiapkan pelajaran esok harinya.
Tantangan
Orang tua
Memang tidak semua orang tua menguasai teknik
pembelajaran formal seperti di sekolah. Hal itu pula yang di alami oleh isteri
saya ketika mendampingi anak-anak belajar. Tidak jarang, ia mengalami kesulitan
untuk menjelaskan materi belajar yang kurang dipahami anak.
Saya akan seringkali dihubungi oleh isteri untuk
menanyakan perihal materi yang tidak dipahaminya. Seringkali pula waktunya
tidak tepat karena pada saat yang sama, saya mengerjakan tugas atau pekerjaan
saya di tempat kerja. Pernah pula karena kurang fokus akibat pengaruh
pekerjaan, materi yang sederhana yang ditanyakan mendadak tidak dimengerti. Ini
tantangan yang tidak mudah untuk dilalui oleh para orang tua.
Tantangan lain berupa kesulitan dalam penggunaan media
untuk menjelaskan kepada anak-anak di rumah karena situasi dan kondisi yang
tidak tepat. Mau tidak mau, isteri juga harus ikut serta belajar kembali dengan
mendalami bahan ajar yang diberikan oleh guru.
Bisa jadi, pengalaman ini juga dirasakan oleh para orang tua lainnya karena beberapa orang tua dari rekan siswa anak saya mengeluhkan hal yang sama. Ini dinamika pembelajaran daring di kalangan orang tua.
Memahami
Peran
Masa Pembelajaran Jarak Jauh ini, terus “memaksa” orang
tua dan anak-anak beradaptasi dengan aktivitas-aktivitas wajibnya. Adaptasi itu
penting, agar orang tua maupun anak tidak mengalami hambatan-hambatan yang sama
dan berulang setiap hari dan membebani pikiran mereka.
Saya menyadari betul bahwa kemandirian anak terhadap
aktivitas rutinnya harus dilatih. Kemandirian itu adalah wujud tanggung jawab
pribadi. Tentu saja, hal itu tidak diperoleh secara instan. Maka, pembiasaan
harus dilakukan sedini mungkin, agar menjadi kebiasaan yang dilakukan dengan
kegembiraan, bukan keterpaksaan.
Terkait dengan pembelajaran daring, anak-anak juga perlu
diajarkan tentang teknologi yang mereka gunakan dalam proses belajar. Jika
kegiatan belajar menggunakan platform Google
Classroom, maka anak harus diupayakan untuk menguasai platform tersebut.
Memang tidak semua anak memiliki kemampuan yang sama
dalam hal penguasaan teknologi digital. Dalam case tertentu, anak-anak yang
duduk di kelas kecil misalnya kelas 1 dan kelas 2 perlu pendampingan dari orang
tua secara intens.
Saat ini, aplikasi digital yang ditawarkan dalam
perangkat-perangkat digital dapat dikuasai dengan mudah. Hal ini pula yang
membuat kedua anak kembar saya dengan mudah menguasai teknik video editing. Kemampuan
itu memudahkan mereka untuk mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh gurunya
kepada mereka.
Sebagai orang tua, kami mengevaluasi hasil karya mereka
dan memberi masukan-masukan untuk perbaikan tugasnya ke depan seperti teknik
pengambilan gambar, pengaturan cahaya, pemilihan objek dan lain-lain.
Kami bersyukur bahwa kemandirian dan tanggung jawab yang
dimiliki anak dapat membantu perkembangan mereka secara kognitif, afektif dan
psikomotoriknya. Peran orang tua mulai dari awal pembelajaran pada pagi hari
hingga selesainya pembelajaran pada siang hari sangat membantu pencapaian
sasaran belajar anak.
(Disajikan sebagai refleksi penulis)
Referensi:
- https://mediaindonesia.com/hut-ri/336489/pjj-jadi-model-adaptasi-pembelajaran-masa-depan
- https://www.kompasiana.com/ropiyadi19360/5efb5b2f097f3623b07e0962/efektifitas-pembelajaran-jarak-jauh-pjj-pada-masa-pandemi-covid-19
- https://cdn-radar.jawapos.com/uploads/radarkudus/news/2020/04/18/disdikpora-jepara-sekolah-dari-rumah-diperpanjang-hingga-30-april_m_1587209812_189633.jpg
Tidak ada komentar:
Posting Komentar