Di tengah pandemi Covid-19 seperti saat ini, pergerakan pergerakan individu dalam berinteraksi dengan jumlah yang banyak memang sangat dibatasi. Telah lebih dari 10 bulan, pandemi ini melanda negeri ini dan dunia. Korban sakit dan meninggal telah banyak berjatuhan, ekonomi lumpuh, dan aktivitas terbatas.
Hampir setiap hari terdengar kabar
mengenai penambahan jumlah orang yang terpapar sakit dan meninggal karena virus
ini. Suara sirine ambulan yang meraung-raung di jalanan khususnya ketika pagi
hari dan malam hari rasanya sangat menyayat hati.Ya, keganasan virus ini memang
sudah tidak diragukan lagi terutama ketika tubuh berada pada kondisi yang tidak
sehat.
Di tengah kepiluan sebagian keluarga
yang berduka karena pandemi ini, dengan mudah ditemui keadaan dalam masyarakat
yang seolah-olah menganggap sepele keadaan ini. Entah apa yang ada dalam benak mereka.
Apakah karena mereka belum mengalami situasi seperti yang dialami orang-orang yang
berduka itu?
Saya mencoba merefleksikan situasi ini sebagai sebuah pembelajaran pengetahuan faktual, sikap moral, sikap sosial dan sikap spiritual.
1.
Pandemi Covid-19
Informasi mengenai virus Covid-19 dan
pandemi yang melanda dunia dan negeri ini telah disajikan secara terbuka di
media-media. Penyajian informasi ini tentu bukan hal yang mudah dilakukan.
Sinergi berbagai pihak yang berkepentingan telah dilakukan untuk menyajikan pengetahuan
berupa informasi yang baik dan akurat bagi masyarakat. Masyarakat dapat mengakses
dan mengetahuinya dengan mudah.
Informasi yang disajikan sangat detail
meliputi jenis virus, cara berkembang, cara penyebaran, akibat yang
ditimbulkannya, kondisi-kondisi yang mendukung penyebarannya secara masiv,
pengobatan, penanggulangan kematian, tata cara pemakaman hingga protokol interaksi
masyarakat dalam rangka pencegahan penyebaran virus mematikan ini.
Kemauan dan kemampuan masyarakat untuk
meningkatkan literasi membaca dan mengakses ragam informasi penting sangat
perlu dilakukan.Tantangan dalam sosialisasi informasi yang telah dilakukan
terus menerus oleh pemerintah ini adalah rendahnya minat literasi masyarakat
untuk mendapatkan informasi. Selain itu, bagi sebagian masyarakat yang sudah
menyadari manfaat literasi, perlu meningkatkan manfaat itu dengan berusaha
mengakses informasi yang benar dan akurat.
Kesadaran untuk memperoleh informasi penting yang benar dan akurat ini bermanfaat masyarakat agar tidak terjebak pada berbagai informasi yang tidak benar (hoax). Misalnya ada yang berpendapat bahwa ketika beraktivitas di luar rumah dan tidak memakai masker tidak apa-apa dan merasa sehat karena tidak terjadi apa-apa pada dirinya. Di beberapa tempat, mudah sekali menemukan orang-orang dengan perilaku seperti ini.
2. Virusmu Bukan
Untukku
Beraktivitas di luar rumah dan
berinteraksi dengan orang-orang di sekitar memang boleh saja. Namun, dalam
situasi seperti sekarang, kesadaran setiap individu untuk menghargai orang lain
sangat diperlukan. Masyarakat telah dibekali pengetahuan bahwa “musuh” manusia yang
sedang “tren” saat ini adalah musuh yang tak terlihat oleh mata dan membawa
resiko yang fatal.
Oleh karena itu, proteksi diri melalui kewaspadaan dan kehati-hatian menjadi prioritas utama dalam berinteraksi antar individu. Setiap orang harus memiliki kesadaran bahwa dirinya juga berpeluang untuk terkena virus dan menularkan kepada orang lain.
3.
Maskermu Menyelamatkanku
Dalam kondisi pandemi seperti saat ini,
seluruh lapisan masyarakat hendaknya memiliki kesatuan hati dan pikiran untuk
bekerjasama. Kesatuan itu sangat membantu bangsa ini untuk keluar dari kesulitan
yang kita hadapi ini.
Sikap peduli dan toleran kepada orang
lain adalah sikap manusia yang berbudi dan bermartabat. Hakekat manusia sebagai
makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa orang lain harus disemangati secara
penuh.
Dalam hal ini, sikap solidaritas menjadi
pokok tindakan yang harus dilakukan bersama-sama. Solidaritas diwujudkan tidak
hanya soal memberi sembako kepada orang lain yang membutuhkan. Sikap
solidaritas ditunjukkan dengan sikap peduli akan nasib orang lain.
Protokol kesehatan yang mewajibkan untuk
memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak bukanlah slogan untuk
anak-anak Taman Kanak-kanak. Slogan itu berlaku untuk semua orang. Orang dewasa
secara umum diharapkan menjadi contoh dan teladan yang baik bagi orang lain
untuk mematuhinya.
Penggunaan masker dalam beraktivitas tidak hanya menyelamatkan diri sendiri, tapi juga menyelamatkan orang lain. Pengaturan jarak bukan untuk membatasi kebebasan individu, melainkan untuk keselamatan dan kesehatan bersama. Pemeliharaan kesehatan dengan mencuci tangan bukan bermaksud memperlakukan orang dewasa seperti anak kecil. Tubuh yang sehat mencerminkan kesehatan pribadi baik pikiran maupun jiwa.
4.
Bersujud dalam Lindungan-Nya
Pengetahuan yang cukup, sikap moral
pribadi dan sikap sosial yang baik merupakan sebuah awal yang baik untuk
membangun relasi yang baik pula dengan sesama. Kita menyadari bahwa semua
manusia memiliki kedudukan yang sama di hadapan Sang Pencipta.
Sikap manusia yang mengupayakan
pengetahuan yang baik adalah cermin pribadi manusia yang mau menghargai dirinya
sebagai manusia yang berakal budi. Sikap manusia yang menghargai orang lain menunjukkan
pribadi yang bermoral baik sebagai ciptaan-Nya. Sikap solider yang dibangun atas
dasar kepedulian akan kesehatan dan keselamatan sesamanya menunjukkan perilaku
sosial yang baik dalam relasinya dengan sesamanya yang juga ciptaan-Nya.
Pada akhirnya, peristiwa pandemi ini hendaknya mampu menyadarkan manusia. Betapa rapuhnya manusia dalam segala kefanaannya. Pandemi ini juga mengajak kita menyadari diri bahwa kita tidak dapat bergantung pada diri sendiri. Sebuah sikap rendah hati di hadapan Sang Pemilik Kehidupan hendaknya ditunjukkan lewat sikap-sikap yang bernilai. Tak lupa pula menyediakan diri untuk berserah pada kemurahan Sang Ilahi. Semua sikap dan nilai itu adalah ungkapan rasa syukur bagi Dia yang berkuasa atas kematian dan kehidupan manusia.
Semoga pandemi ini segera berlalu, dan kehidupan dapat pulih
kembali seperti sedia kala. Amin. (())
Tidak ada komentar:
Posting Komentar