Membaca judul ini, saya semakin tertegun melihat kondisi negara kita pasca libur akhir tahun. Ketika aturan public dibuat tegas, tidak sedikit pihak bersuara protes atas nama kebebasan dan hak-hak pribadi.
Namun,
ketika situasi memanas karena melonjaknya jumlah orang yang positif Covid-19,
kembali suara “miring” muncul bernada protes karena kurangnya sikap antisipatif
para pemangku kepentingan.
Di tengah upaya pemerintah mengupayakan vaksin,
masyarakat diharapkan dapat bekerja sama secara sinergis dan bahu membahu bersama
elemen masyarakat lainnya untuk menekan penyebaran virus Covid-19 ini.
Hal yang paling diharapkan terjadi
saat ini adalah kesadaran penuh warga masyarakat untuk menerapkan perilaku
bersih dan mematuhi protocol kesehatan secara ketat. Bahkan menurut Epidemiolog
Griffith Australia, Dicky Budiman melalui CNBC, protokol kesehatan terkait
pandemi Covid-19 saat ini tidak cukup hanya 3M (memakai masker, mencuci tangan
dan menjaga jarak).
Peningkatan jumlah orang yang positif terinfeksi Covid-19
terus meningkat drastic. Mayarakat merasa abai terhadap keselamatan diri dan
orang lain. Karena itu, protokol kesehatan harus lebih diperketat lagi dengan
cara 5M yaitu dengan penambahan batasan untuk menjauhi kerumunan dan membatasi
mobilitas.
Patut dicermati dan dan diperhatikan oleh seluruh
masyarakat adalah data fantastis yang diperoleh dan dialami Indonesia terjadi
kemarin. Media online Merdeka.com menyebutkan bahwa pada tanggal 8 Januari 2021,
kasus Covid-19 bertambah sebanyak 10.617 sehingga menjadi 808.340.
Baca juga: Update perkembangan kasus Covid-19 hari demi hari di bulan Januari 2021
Angka ini merupakan angka yang fantastis dan tidak boleh dianggap sepele. Masyarakat hendaknya dapat introspeksi diri jika ingin pandemi ini dapat segera berakhir. Semua persoalan ini tidak dapat diselesaikan semudah membalikkan telapak tangan.
Meskipun saat ini vaksin telah ada dan dalam tahap pendistribusian, masyarakat tetap harus mengupayakan protokol kesehatan yang ketat. Waktu yang dibutuhkan untuk menuntaskan distribusi dan vaksinasi sekitar setahun lebih. Inipun jangan dianggap sepele sehingga mengabaikan protokol kesehatan.
Apapun alasannya, orang tidak boleh bertindak egois demi
dirinya sendiri. Setiap orang hendaknya dapat merekonstruksi kesadaran dan cara
pandangnya terhadap relasi sosialnya dengan orang lain di masa pandemi ini
dengan cara saling menghormati dan menghargai kehidupan.
Jika tidak, pandemi ini akan terus berkelanjutan dalam
ketidakpastian. Kita seolah akan berada pada posisi menanti giliran untuk “menjamu”
sang virus corona untuk masuk ke dalam tubuh kita. Di saat itulah semua akan
terasa terlambat dan tidak mampu berbuat
apa-apa lagi.
Mari bersikap bijak sebelum semua terlambat karena kita tidak perlu memanen penyesalan yang tidak berguna.***
sumber referensi:
https://www.merdeka.com/peristiwa/rekor-lagi-kasus-covid-19-tambah-10617-per-8-januari-2021.html
https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-5322564/bukan-15-bulan-jokowi-minta-vaksinasi-covid-selesai-kurang-dari-setahun
6 M, tambahannya mendekatkan diri pada Tuhan hehe
BalasHapushehe...benar pak
HapusWaah bagus narasinya, sistematis dan enak di baca. Terimakasih informasinya pa,.. miris juga. Keep health!
BalasHapushatur nuhun pak Nana
HapusKeren pak, tulisan yg sangat persuasif...
BalasHapushatur nuhun ambu ...
HapusInspiratif sekali....
BalasHapusmari kunjungi juga blog pribadi www.laurensiusvaw.com
dan jangan lupa klik follow. Terima kasih