Pengalaman tersebut adalah salah satu contoh bentuk rasa takut yang dialami seseorang. Pengalaman mengalami rasa takut pada umumnya dialami oleh hampir semua orang. Rasa takut yang dihadapi pun bermacam-macam. Ada yang merasa takut karena keadaan tidak aman, kehilangan pekerjaan, tidak mendapat kesempatan, kehilangan pasangan atau orang yang dicintai, dan sebagainya. Ketakutan merupakan bagian dari kehidupan manusia, bahkan bagi seorang yang merasa dirinya sangat religius sekalipun. Mengapa manusia sering merasa takut?
Takut itu
Manusiawi
Rasa
takut lahir sebagai bagian dari reaksi dan emosi manusiawi. Jika reaksi dan
emosi atas ketakutan itu berlebihan, maka rasa takut dapat mempengaruhi,
merasuki bahkan menguasai manusia. Maka
tak jarang, ketakutan menjadi sumber penderitaan manusia.
Saya
sulit membayangkan ketakutan yang akan terjadi manakala saya berada di dalam
sebuah kapal di tengah ombak laut yang besar dan bergemuruh. Saya menduga,
banyak orang sependapat dengan saya bahwa setiap orang akan terjaga penuh dalam
ketakutan yang luar biasa.
Dalam keadaan demikian, seluruh pikiran,
perasaan dan perbuatan terkonsentrasi pada Sang Pencipta untuk memohon
pertolongan-Nya. Namun, pelajaran apakah yang kita dapat dari banyak hal
penyebab ketakutan dalam hidup kita?
Berlayar
lebih mendalam
Pengalaman menghadapi rasa takut memberi
pelajaran yang sangat berharga bagi saya. Saya menjadi semakin paham bahwa
kehidupan ini tidak selalu tenang. Badai kehidupan sering muncul atau terjadi
dalam perjalanan hidup saya. Badai itu akan hadir bersama ketakutan-ketakutan.
Namun, saya juga semakin tahu bahwa di
tengah badai kehidupan dan ketakutan itu, saya dapat merasakan kedamaian pula
jika saya mempercayakan kehidupan saya kepada Dia yang menciptakan saya.
Terkadang, saya merasa bahwa badai dan
rasa takut itu menjadi semacam ujian kesetiaan yang ditujukan kepada saya. Ujian
yang saya maksud adalah kesetiaan akan iman saya kepada Dia yang menciptakan
saya.
Melawan Rasa Takut
Tugas terberat dalam kehidupan ini
adalah melawan rasa takut itu sendiri. Ketakutan terbesar manusia adalah
ketakutan akan kematian.
Di balik sebuah kenyamanan dan
kesenangan hidup, tersembunyi rasa takut yang sangat besar. Rasa takut akan
kehilangan semua kenyamanan dan kesenangan hidup itu membuat manusia berusaha
sekuat tenaga untuk mempertahankannya selamanya.
Memang, saya menyadari bahwa tidak mudah
berjalan dalam kegelapan tanpa terluka karena membentur sesuatu. Namun, bukan
berarti saya harus berhenti berjalan. Saya harus mencari sesuatu sebagai
penerangnya.
Saya menangkap makna dari sebuah analogi
yang menunjukkan bahwa gelap berkaitan dengan kejahatan dan terang berkaitan
dengan kebaikan. Dengan analogi itu, saya memahami bahwa gelap harus diatasi
dengan memberikan pencahayaan agar terang meliputi kegelapan itu.
Dengan kata lain, gelap yang diiringi
rasa takut itu harus diatasi agar menjadi sirna. Terang yang dimaksud adalah
keberadaan Sang Pencipta Alam Semesta yang dihadirkan dalam terang iman itulah
yang dapat menghalau kegelapan. Artinya, rasa takut hanya dapat dikalahkan
dengan rasa percaya akan penyertaan-Nya.
Rasa takut yang terjadi terus menerus akan semakin menggerus kepercayaan manusia kepada Penciptanya. Ibarat seseorang yang mengalami rasa takut berhadapan dengan dokter dan akhirnya ia mati dalam penderitaan karena penyakitnya terlambat untuk disembuhkan.
Insight
Tidak perlu menghindar dari rasa takut karena ketakutan semestinya dihadapi. Satu-satunya cara mengalahkan rasa takut itu adalah keberanian untuk tetap setia pada kehendak-Nya. Dia memancarkan terang untuk menyinari kegelapan hidup dan ketakutan yang menyertai kegelapan itu. Seperti terang yang bersinar di depan, dan bayang-bayang jatuh di kegelapan, tertinggal di belakang.***
Penulis: Christpard
Referensi: Tony Evans, 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar