Gambar: Bunda Teresa dari Kalkuta
104 tahun silam, Anjezë Gonxhe Bojaxhiu, atau Anjeze (Agnes) lahir di Skopje, Republik Makedonia. Perempuan itu kemudian lebih dikenal dengan nama Bunda Teresa. Ia adalah seorang misionaris yang mengabdikan seluruh hidupnya untuk melayani orang miskin dan menderita.
Sejak kecil, Agnes dididik ibunya secara Katolik. Agnes senang sekali mendengar cerita tentang
misionaris-misionaris yang melayani di Bengali, India. Di usianya yang ke-17,
Agnes mendapat panggilan untuk hidup selibat kala berdoa di kuil Black Madonna
of Letnice.
Ia pun meninggalkan rumah dan
bergabung dengan Susteran Loreto. Pda masa awal bergabung dengan susteran itu, Agnes
berangkat ke Irlandia untuk mendapat pelatihan Bahasa Inggris sebagai bekal
mengajar di India.
Tiba di India pada tahun 1929,
Agnes mengajar di Darjeeling, pegunungan Himalaya. Di situlah ia belajar bahasa
Bengali dan mengajar di sebuah sekolah Katolik. Agnes diangkat menjadi suster
pada tahun 1931. Sejak saat itu, namanya berubah menjadi Teresa.
Mengajar memang pekerjaan yang
nyaman dan menyenangkan. Namun, hati nuraninya terusik dengan kemiskinan dan
kelaparan yang menimpa masyarakat di sekitarnya, terutama di Calcutta.
Teresa pun memilih untuk terjun
ke tengah-tengah penduduk, memberikan pelayanan bagi kaum papa. Berbekal
pelatihan kesehatan di sebuah rumah sakit di Patna, Teresa pun memberikan
perawatan medis kepada orang-orang sakit. Teresa lalu mendirikan sebuah
komunitas amal yang memiliki semboyan menolong "yang termiskin di antara
yang miskin".
Dalam memberikan pertolongan,
Teresa tak pernah pandang bulu. Semua ditolongnya, siapapun orangnya, dan
apapun agama dan kepercayaan yang ia peluk. Bahkan, Teresa mendirikan sebuah
rumah pengurusan jenazah khusus orang miskin. Mereka yang meninggal dimakamkan
sesuai dengan tata cara agamanya masing-masing.
Pada tahun 1950, Teresa mendapat
izin dari Vatikan untuk mendirikan kongregasi diocesan yang menjadi cikal bakal
Misionaris Charitas. Misionaris Charitas sendiri merupakan sebuah ordo dalam
agama Katholik yang kini telah memiliki ribuan anggota suster aktif di 133
negara. Bersama ordonya itu, Teresa melakukan banyak pelayanan yang luar biasa.
Tak hanya di India, namun juga di berbagai negara. Teresa mendirikan banyak
rumah sakit untuk para penderita AIDS, lepra, dan TBC. Anak-anak yatim piatu
juga menjadi perhatian Teresa. Ia mendirikan banyak rumah penampungan anak
yatim.
Demikian pula dalam peperangan.
Teresa seakan tak pernah lelah melayani. Seperti yang terjadi pada tahun 1982
di Beirut, Lebanon. Teresa berhasil mendesak dilaksanakannya gencatan senjata
antara Israel dan Palestina, guna mengevakuasi 37 anak yang terperangkap di
tengah medan pertempuran.
Namun, kesehatannya menurun pada
tahun 1983 ketika ia mengalami serangan jantung pertamanya. Serangan jantung
kembali alami pada tahun 1989. Sejak saat itu, penyakit bertubi-tubi
menyerangnya, sampai akhirnya Bunda Teresa meninggal dunia pada 5 September
1997. Dirinya dikenang sebagai pelayanan kemanusiaan sejati yang pernah hidup
di dunia.
Sepanjang hidupnya, Teresa
menerima banyak penghargaan kelas dunia. Salah satunya adalah Hadiah Nobel
Perdamaian yang diberikan pada tahun 1979. Pada tahun 2003, atau enam tahun
setelah kematiannya, Bunda Teresa dibeatifikasi oleh Gereka Katolik dan
menerima gelar Beata, sebutan bagi orang kudus perempuan dalam Gereja Katolik. Beata, berarti "yang berbahagia" diberikan kepada
orang yang dianggap telah bekerja sangat keras untuk kebaikan atau memiliki
keistimewaan secara spiritual.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar