Gambar: Haji Thamrin Dahlan
Banyak penulis mengira, pemikiran yang dituangkan dalam rangkaian kata-kata yang dibuatnya akan menjadi gundukan memori kata di lumbung tulisannya. Mereka ingin tulisannya dapat menjadi buah karya yang akan diberikan kepada generasi berikutnya. Para penulis berusaha agar tulisannya termuat dalam suatu bundling lembaran yang rapi. Namun, usaha itu seringkali tidak berjalan mulus.
Tantangan dan hambatan
mereka alami bukan saja menyangkut redaksi dan oplah yang menjadi persyaratan.
Tetapi, faktor biaya sering menjadi alasan penghambat gagalnya mimpi-mimpi para
penulis. Rekomendasi nama baik tak ketinggalan menjadi salah satu kunci terbitnya
untaian kata-kata itu.
Tabir penghalang itu tak
selamanya bertahan. Ia sirna dihempas oleh sebuah harapan baru. Harapan penulis
pemula yang muncul sebagai oase di padang gurun, bagai cahaya mentari pagi yang
mengintip di ufuk timur.
Adalah seorang insan
baik hati, seorang penulis, pengelola Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan.
Sebuah usaha yang memiliki komitment melaksanakan kegiatan bidang pendidikan
dalam bentuk peran serta aktif meningkatkan kualitas dan kuantitas Literasi
Indonesia. Dia adalah Haji Thamrin Dahlan (HTD).
Beliau mengelola sebuah
yayasan yang memfokuskan diri untuk menerbitkan buku dengan Lisensi Barcode
ISBN Perpustakaan Nasional tanpa biaya. Misi yang hendak dilakukan adalah
membantu para menulis menerbikan buku ber ISBN tanpa biaya, menyelenggarakan
Pelatihan Menulis dan menggerakkan kegiatan menulis melalui website YPTD terbitkanbukugratis.id.
Menurut HTD, kegiatan
ini merupakan bagian yang tak terpisahkan dari visi yang dikembangkannya
dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas Literasi Indonesia. Kegiatan yang
dilakukan bersama beberapa rekannya ini dilatarbelakangi kesulitan yang
dihadapi para penulis dalam penerbitan buku yang sudah tersedia namun belum
dapat diterbitkan oleh penerbit.
Hal lain disebabkan karena biaya yang besar dalam penerbitan buku secara indie (pribadi) melalui perusahaan jasa penerbit. Hal itulah yang mendorong HTD bersamaYPTD berikhtiar untuk membantu para penulis dalam penerbitan karya tanpa mengeluarkan biaya. Ternyata seorang penulis bisa menerbitkan buku tanpa biaya. Tidak ada istilah penulis pemula karena tidak ada pengakhir. Istilah yang paling tepat menurut beliau adalah pegiat literasi.
Nilai-Nilai Karya dan Motto
Nilai-nilai yang masih
lekat teringat dari seorang HTD adalah kemuliaan, kejujuran, transparan,
akuntabel, kebersamaan, kemanusiaan, legacy, peduli, dan literasi Indonesia.
Berbekal motto yang acapkali digunakan beliau, yaitu Tiga Pena yaitu Penasehat, Penakawan, Penasaran,
para penulis bergerak cepat bagai amunisi yang siap melesat jauh.
HTD selalu mendorong
para penulis agar selalu berbagi kebaikan melalui kegiatan menulis sebagai inspirasi
tak pernah terputus.. Metode "sekali duduk jadi" ketika
menulis adalah metode yang paling saya ingat dari beliau yang saya gunakan hingga
saat ini. Artinya, jangan sesekali meninggalkan artikel yang sedang digarap, selesaikan
dan posting ke sosial media. Seketika tulisan itu akan memiliki roh.
Roh itulah yang membuktikan tulisan kita hidup saat dibaca dan dikomentari para
pembacanya. Mungkin itulah kiat menulis beliau selama 12 tahun ini
sehingga berhasil memposting 2.800 artikel. Muara menulis itu adalah buku yang
sejatinya merupakan mahkota seorang penulis.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar