Jumat, 03 Juni 2022

Kisah Pak Niko - Merangkai Gelang Harapan

 


Wajahnya selalu ceria meskipun beban berat dipikulnya. Kerut wajahnya menghiasi perjuangan hidupnya mengais rupiah di bilangan Glodok. Di tangannya, tergantung aneka gelang dan kalung dagangannya.

Tidak pernah terbayangkan apa yang ada di benak pak Niko, seorang penjual asesoris gelang dan kalung. Setiap hari ia mengadu nasib dan mengais rejeki di Glodog. Sebagian gelang dan kalung dia buat sendiri. Penghasilannya sangat kecil dan tidak menentu. Kadang-kadang ia hanya mampu menjual 1-2 buah gelang dan kalung sehari. Sesekali ia tampak bersenandung dan menghibur diri dengan lagu-lagu kesukaannya. Pak Niko memiliki seorang putera semata wayang yang sejak kecil termasuk anak berkebutuhan khusus. Saat ini, puteranya tersebut duduk di kelas 11 SLTA pada usia 20 tahun. Menurutnya, sang putera terpaksa terlambat mendapatkan pendidikan karena kesulitan yang dihadapi saat memasukkan anaknya ke sekolah.

Saat ini, Pak Niko menjadi satu-satunya tulang punggung keluarga karena sang isteri sedang terbaring sakit. Ia pantas disebut pahlawan bagi keluarganya. Semangatnya tak pernah surut berjuang setiap hari. Di usianya yang ke-69, ia tetap berupaya memberikan yang terbaik bagi keluarganya. Bersama sang istri, Pak Niko bekerja keras mencukupi kebutuhan keluarganya sehari-hari termasuk kebutuhan pendidikan puteranya. Ia selalu berusaha tampak gembira di depan orang-orang dan keluarganya karena ia percaya penuh pada rencana Sang Pencipta padanya. Menurutnya, ia tak menuntut lebih dalam doanya. Ia hanya pasrah dan percaya pada kehendak-Nya.

Saya menaruh hormat yang tinggi pada kerja keras dan perjuangan Pak Niko. Saya belajar banyak dari beliau tentang sikap dalam memaknai kehidupan. Dalam kesabarannya, ia tidak menunjukkan sikap menyerah. Terbersit dalam benak saya untuk membantu meringankan bebannya. Seandainya saya dapat membantu ekonominya berupa bantuan modal usaha untuk membuat kreasi gantungan, gelang dan kalung sebagai salah satu cara untuk mewujudkan impiannya memiliki tabungan pendidikan bagi sang putera. Setidaknya, itu mungkin dapat memberikan secercah senyuman di bibirnya.***


Tidak ada komentar:

Posting Komentar