Rabu, 29 Juni 2022

Upaya Penguatan Karakter Siswa Melalui Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila.

Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila juga merupakan pembelajaran lintas disiplin ilmu untuk mengamati dan memikirkan solusi terhadap permasalahan di lingkungan sekitarnya.

Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis proyek (project-based learning), yang berbeda dengan pembelajaran berbasis proyek dalam program intrakurikuler di dalam kelas.

Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk belajar dalam situasi tidak formal, struktur belajar yang fleksibel, kegiatan belajar yang lebih interaktif, dan juga terlibat langsung dengan lingkungan sekitar untuk menguatkan berbagai kompetensi dalam Profil Pelajar Pancasila.

Kompetensi Pelajar Pancasila

Pelajar Pancasila adalah perwujudan pelajar Indonesia sebagai belajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.

Pelajar Pancasila memiliki 6 ciri utama, yaitu; (1) beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, (2) berkebhinekaan global, (3) bergotong-royong, (4) mandiri, (5) bernalar kritis, dan (6) kreatif. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut.

1. Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia.

Pelajar yang demikian merupakan pelajar yang memahami ajaran agama dan kepercayaan serta menerapkan pemahaman tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Ada 5 (lima) elemen kunci pada ciri yang utama ini, yaitu

  • akhlak beragama;
  • akhlak pribadi;
  • berakhlak kepada manusia;
  • akhlak kepada alam; dan
  • akhlak bernegara.

2. Berkebhinekaan global

Artinya pelajar Indonesia mempertahankan budaya luhur lokalitas dan identitasnya dan tetap berpikiran terbuka dalam berinteraksi dengan budaya lain.

Sehingga menumbuhkan rasa saling menghargai dan memungkinan terbentuknya dengan budaya luhur yang positif serta tidak bertentangan dengan budaya luhur bangsa. Elemen dan kunci kebhinekaan global ini meliputi:

  • mengenal dan menghargai budaya;
  • kemampuan komunikasi interkultural dalam berinteraksi dengan sesama; serta
  • refleksi dan tanggungjawab terhadap pengalaman kebinekaan.

3. Gotong-royong

Kemampuan bergotong-royong yaitu kemampuan untuk melakukan kegiatan secara bersama-sama dengan sukarela. Dengan begitu dimaksudkan agar kegiatan yang dikerjakan dapat berjalan lancer, mudah, dan ringan. Kemudian elemen-elemen dari bergotong-royong adalah sebagai berikut.

  • kolaborasi; serta
  • kepedulian berbagi.

4. Mandiri

Pelajar Indonesia merupakan pelajar mandiri. Artinya pelajar bertanggungjawab atas proses dan hasil belajarnya. Elemen kunci dari mandiri terdiri dari kesadaran akan diri dan situasi yang dihadapi serta regulasi diri.

5. Bernalar kritis

Pelajar yang benar kritis mampu secara objektif memproses informasi baik kualitatif maupun kuantitatif. Mampu membangun keterkaitan antar berbagai informasi, menganalisis informasi, mengevaluasi, dan kemudian menyimpulkannya. Elemen-elemen dari benar kritis adalah sebagai berikut.

  • memperoleh dan memproses informasi dan gagasan;
  • menganalisis dan mengevaluasi penalaran;
  • merefleksi pemikiran dan proses berpikir; serta
  • mengambil keputusan.

6. Kreatif

Pelajar yang kreatif mampu memodifikasi dan menghasilkan sesuatu yang orisinal bermakna bermanfaat dan berdampak. Elemen kunci dari kreatif adalah menghasilkan gagasan yang orisinal serta menghasilkan karya dan tindakan yang orisinal.

Upaya Mewujudkan Profil Pelajar Pancasila

Pancasila Sumber Daya Manusia yang berkualitas adalah pembelajar sepanjang  hayat (long life learner) yang mempunyai kemampuan global dan bertindak berdasarkan nilai-nilai Pancasila.

Perwujudan enam karakteristik Pelajar Pancasila adalah dengan menumbuhkembangkan nilai-nilai budaya Indonesia dan Pancasila, yang menjadi landasan pembangunan nasional.

Usaha untuk menciptakan Profil Pelajar Pancasila tidak saja merupakan gerakan dalam sistem pendidikan, namun juga merupakan gerakan masyarakat.

Kesuksesan dalam mewujudkan Profil Pelajar Pancasila akan bisa dicapai jika orang tua, pendidik, peserta didik, dan semua instansi di masyarakat berkolaborasi dan bekerjasama untuk mencapainya.

Penguatan pendidikan karakter jugatelah dilaksanakan pada tiga pusat pendidikan, yaitu rumah, sekolah, dan masyarakat untuk membentuk profil Pelajar Pancasila.

Dengan pendidikan karakter diharapkan peserta didik dapat secara mandiri meningkatkan serta menerapkan wawasannya, menganalisis, dan menginternalisasi, serta memersonalisasi perilaku dan akhlak luhur agar dapat tercermin dalam sikap keseharian.

Penguatan Karakter Melalui Proyek Penguatan Profil Pancasila

Proyek penguatan profil Pelajar Pancasila sebagai salah satu sarana pencapaian profil Pelajar Pancasila, memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk 'mengalami pengetahuan' sebagai proses penguatan karakter sekaligus kesempatan untuk belajar dari lingkungan sekitarnya.

Dalam kegiatan proyek profil ini, peserta didik memiliki kesempatan untuk mempelajari tema-tema atau isu penting seperti perubahan iklim, anti radikalisme, kesehatan mental, budaya, wirausaha, teknologi, dan kehidupan berdemokrasi sehingga peserta didik dapat melakukan aksi nyata dalam menjawab isu-isu tersebut sesuai dengan tahapan belajar dan kebutuhannya.

Penguatan proyek  profil pelajar Pancasila diharapkan dapat menjadi sarana yang optimal dalam mendorong peserta didik menjadi pelajar sepanjang hayat yang kompeten, berkarakter, dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.

Dua Struktur Utama Kurikulum

Struktur kurikulum dalam Kurikulum Merdeka dibagi menjadi dua kegiatan utama, yaitu:

  1. Kegiatan pembelajaran intrakurikuler yang merupakan kegiatan rutin dan terjadwal berdasarkan muatan pelajaran yang terstruktur.
  2. Kegiatan pembelajaran melalui projek untuk penguatan profil pelajar Pancasila.

Kebaruan dalam pembagian dua kegiatan ini merujuk pada prinsip fokus pada kompetensi dan karakter peserta didik melalui dua hal.

Pertama, untuk menguatkan pendidikan karakter, pembelajaran yang berorientasi penuh pada kompetensi fundamental dan karakter perlu menjadi bagian dari struktur kurikulum agar mendapatkan perhatian penuh baik dari pendidik maupun peserta didik.

Kedua, proyek penguatan profil pelajar Pancasila yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengeksplorasi isu-isu kontemporer.

Seperti masalah lingkungan/pemanasan global dan gaya hidup berkelanjutan, kebinekaan dan toleransi, kesehatan fisik dan mental termasuk kesejahteraan diri (wellbeing), dan sebagainya.

Perubahan Struktur Kurikulum di Semua Jenjang dan Jenis Pendidikan

Empat perubahan utama dalam struktur kurikulum secara umum telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, yaitu adanya perubahan status mata pelajaran, penguatan wewenang satuan pendidikan dan pendidik untuk mengembangkan kurikulum operasional, pembagian struktur kurikulum menjadi dua yaitu intrakurikuler dan projek penguatan profil pelajar Pancasila, dan adanya mata pelajaran pilihan.

Berikut ini adalah kesimpulan perubahan struktur kurikulum spesifik untuk setiap jenjang dan jenis pendidikan:

  1. PAUD: penguatan pembelajaran melalui kegiatan bermain dan penguatan dasar-dasar literasi terutama untuk membangun minat dan kegemaran membaca.
  2. SD: penguatan fondasi literasi dan numerasi serta kemampuan berpikir secara inkuiri dengan mengintegrasikan ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan sosial menjadi satu mata pelajaran, disebut IPAS (Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial). Bahasa Inggris semakin dianjurkan untuk mulai diajarkan di jenjang SD.
  3. SMP: penguatan kompetensi teknologi digital termasuk kemampuan berpikir sistem dan komputasional melalui mata pelajaran Informatika yang diwajibkan.
  4. SMA: peminatan tidak berupa program yang tersekat-sekat atau sistem jalur (tracking system) melainkan pemilihan mata pelajaran mulai kelas XI.
  5. SMK: struktur kurikulum yang lebih sederhana dengan dua kelompok mata pelajaran, yaitu Umum dan Kejuruan. Praktek kerja lapangan menjadi mata pelajaran wajib minimal satu semester. Siswa dapat memilih mata pelajaran di luar program keahliannya.
  6. SLB: penguatan pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik siswa untuk menguatkan kecakapan hidup dan kemandirian.
  7. PKBM: satuan unit pembelajaran menggunakan sistem satuan kredit kompetensi (SKK). Struktur kurikulum pendidikan kesetaraan terdiri mata pelajaran kelompok umum dan kelompok pemberdayaan dan keterampilan berbasis profil pelajar Pancasila.

Pelajar Indonesia diharapkan memiliki kompetensi untuk menjadi warga negara yang demokratis serta menjadi manusia unggul di abad ke-21.

Oleh karenanya, pelajar Indonesia diharapkan dapat berpartisipasi dalam pembangunan global yang berkelanjutan serta tangguh dalam menghadapi berbagai tantangan.

Selain itu, melalui proyek penguatan profil pelajar Pancasila, pelajar Indonesia juga diharapkan memiliki kompetensi untuk menjadi warga negara yang demokratis serta menjadi manusia unggul dan produktif di Abad ke-21.

Oleh karenanya, pelajar Indonesia diharapkan dapat berpartisipasi dalam pembangunan global yang berkelanjutan serta tangguh dalam menghadapi berbagai tantangan.

Salah satu tujuan Kurikulum Merdeka yaitu memperkuat upaya penguatan pendidikan karakter dalam mencetak generasi muda yang memenuhi Profil Pelajar Pancasila. Pelajar Pancasila merupakan perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global.

Sumber: https://naikpangkat.com/upaya-penguatan-karakter-siswa-melalui-projek-penguatan-profil-pelajar-pancasila/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar